Translate your Languages

Jumat, 20 April 2012

About Chunlai :*

BAO CHUNLAI , DARI ATLET MENJADI PRESENTER

Sosok yang selalu menjadi magnet bagi para remaja putri dalam setiap pertandingan telah memilih jalan untuk mundur dari dunia tepok bulu angsa. Dia adalah Bao Chunlai, bukan tanpa alasan ia mundur, selain karena cedera, banyak alasan ia tak memilih melanjutkan karier bulutangkisnya.

Bao Chunlai lahir 17 Februari 1983 di Hunan, China. Saat ini umurnya sudah sekitar 29 tahun. Sebagai pebulutangkis, tinggi badannya tergolong tinggi nyaris 2 meter, tepatnya sekitar 1,91 m dengan berat badan proporsional, 78 kg. Selain Lin Dan, ia merupakan salah satu pebulutangkis Top yang kidal. Sekarang, generasi Pebulutangkis Kidal yang mendunia selain Lin Dan dan Bao tidaklah banyak.
Karier Bao cemerlang di usia muda.

Dalam karier juniornya, ia berhasil menjadi Juara Dunia Junior di tahun 2010 lalu, mengalahkan Lee Chong Wei di Semifinal dan menang di Final atas Sony Dwi Kuncoro.


PRESENTER

Setelah mengumkan gantung raket pada 2011 lalu, Bao Chunlai memilih menjadi Presenter. Menurutnya, menjadi seorang pembawa acara harus menekankan pada aspek komunikasi.

Bao menjadi pembawa acara TV yang berjudul “Wo Shi Mao Xian Wang” tepatnya di stasiun TV Qinghai. Acara itu merupakan acara pertualangan ke luar. Nama acara itu dalam bahasa Inggris adalah King of Adventure.

Bao mau menjadi Presenter acara ini karena menyukai program yang satu ini, karena program ini dapat membawa pergi ke banyak tempat yg belum dikunjungi, membuat mataku terbuka dan berhubungan dengan sesuatu yang mungkin seumur hidup tidak dapat didekati.

Profesi Bao itu memang disukainya. Selain senang mencari acara di Discovery Channel saat menjelajah Internet, ia sering mendownloadnya.Tak hayal ia menyetujui menjadi presenter acara travel di QingHai TV itu. Menurutnya, lewat Discovery Channel, selain belajar keterampilan melangsungkan hidup, saya merasa di dalamnya ada sebagian aturan yang mempunyai arti yang sangat penting.

Bao juga merupakan orang yang senang membaca buku sejarah, tapi ia sekarang ia lebih suka membaca majalah, apalagi yang memperkenalkan tentang keadaan negara, seperti pemanasan global dan sejenisnya. Menurut penuturan Bao, ia bersama kawannya selalu membawa satu majalah tiap orang di Bandara.

Soal cinta, Bao sekarang belum memikirkannya. Kini yang terpenting menurutnya adalah pekerjaan. Namun kriteria cewek menurut Bao adalah perempuan yang perhatian dan harus saling mengerti.

HOBI MUSIK

Bao adalah sosok pria yang gemar terhadap musik. Ia senang bernyanyi dan bermain alat musik, terutama gitar. Ia mengaku beberapa kali belajar main gitar bahkan membeli buku panduan khusus, tetapi sayangnya ia tak ada waktu untuk membaca buku itu. Namun, menurutnya ia belum bisa memainkan lagu sampai habis alias belum profesional.

Bao Chun Lai pernah menunjukan kebolehan nya bernyanyi dalam sebuah variety show. Tidak tanggung-tanggung lagi, Bao Chun Lai bahkan ber duet dengan penyanyi terkenal Taiwan, David Tao

Suara Bao Chun Lai yang jernih dan merdu membuat para penggemar nya terpukau. Di tambah dengan wajah tampan Bao Chunlai dan postur tubuh nya yang jangkung, Bao Chun Lai dapat di katakan sangat pantas menjadi seorang artis.

Bao Chunlai mengatakan di saat libur akhir pekan, Ia biasa menghabiskan waktu nya untuk menyanyi di karaoke bersama dengan teman-teman satu tim nya, ia juga sering menampilkan bakat bermain gitarnya. Tidak heran kalau kepala pelatih China Li Yong Bo sering membuat lelucon terhadap Bao Chun Lai yang mengatakan, tidak heran Bao Chun Lai selalu kalah dari Lin Dan, karena waktu nya selalu di pakai untuk berlatih menyanyi.


2001 DENMARK OPEN FIRST TITLE


Masih berusia sangat muda, 18 tahun, ia sudah menjuarai sebuah title bergengsi di Eropa. Turnamen yang saat ini menjadi salah satu gelar Premier, yakni Denmark Open. Di Tahun 2001, ia merengkuh gelar pertamanya sekaligus gelar satu-satunya bagi China di event itu.

Setelah menjuarai IBF Junior Championship setahun sebelumnya, ia pun memulai karier di kancah internasional. Di Final Denmark Open itu, ia mengalahkan kompatriotnya sekaligus rival terberatnya, Lin Dan. Bao menang 7–5, 7–1, 7–0.

Perjalanan menuju Final bagi Bao yang masih muda tidaklah mudah. Di Babak pertama hingga babak ketiga, ia menghadapi lawan yang cukup seimbang, yakni Wakil tuan rumah, Kasper Oedum dan 2 tunggal Indonesia, George Rimarcdi dan Agus Haryanto sebelum menghadapi lawan terberat di Kuarterfinal. Di Kuarterfinal, ia dipertemukan dengan salah satu Tunggal terbaik yang dimiliki India, Gopichand Pullela yang memiliki tipe penyerang. Namun dengan sabar, Bao menang 7-3, 7-2, 5-7 dan melaju ke Semifinal.

Di Semifinal, ia dipertemukan juga dengan salah satu Tunggal terbaik asal Malaysia, Wong Chong Hann. Sempat nyaris kalah, ia berhasil membalikkan keadakaan di gim kedua, ia menang 4-7, 8-6, 7-1. Di Final, All Chinese Match mempertemukan Bao Chunlai dengan rivalnya, Lin Dan. Dalam pertandingan itu, Bao sukses mendikte Lin dengan skor 7-5, 7-1, 7-0. Ini menjadi gelar pertama bagi Bao.


BAO CHUNLAI DAN INDONESIA OPEN


Bao Chunlai adalah atlet China yang sering mengikuti Kejuaraan Indonesia Open sejak tahun 2002. Masih bertitel ‘Sanyo Indonesia Open 2002′ (Djarum mensponsori Indonesia Open sejak 2004), kala itu Bao sukses menjadi Semifinalis.

Lin Dan yang turun sebagai Tunggal unggulan kedua dan diperkirakan bertemu Bao di Semifinal harus angkat koper paling awal, pasalnya di Babak pertama Lin harus kalah 9-15, 9-15 dari Pebulutangkis Indonesia bernama Irwansyah.

Sedangkan Bao Chunlai sukses menjungkalkan wakil Tuan rumah, Hendrawan di babak awal dengan skor 15-9, 15-7. Perjalanannya dibilang cukup mulus ke Semifinal. Di sinilah terjadi All Chinese Match di poll bawah dimana Bao bertemu dengan Chen Hong. Kali ini Chen menang 10-15, 2-15

Bao datang lagi ke Jakarta di tahun 2003, namun kali ini ia harus tersingkir di babak ketiga oleh Taufik Hidayat dengan skor telak 4-15, 6-15. Di tahun 2004, datang sebagai unggulan kedua, Bao kembali harus puas sebagai semifinalis, Bao dikalahkan Chen Hong 15-6, 6-15, 9-15 setelah di empat laga sebelumnya ia sukses menjungkalkan empat pebulutangkis tunggal Indonesia dengan straight set, termasuk Sony Dwi Kuncoro di kuarterfinal.

Di tahun 2005, ia absen dari gelaran tahunan ini dan kembali yampil setahun setelahnya. Di Tahun 2006 itu, ia sampai di babak Final sebelum dikalahkan Taufik Hidayat. Di Tahun 2007, Bao yang menjadi unggulan kedua berhasil sampai di Final, meskipun kalah dari Lee Chong Wei 15-21, 16-21. Di Semifinal, ia berhasil melibas Taufik dengan skor 21-19, 21-19

Di Tahun 2008, ia menjadi satu satunya peserta asal China di sektor Tunggal Putra, Lin Dan sendiri memutuskan mundur. Ditempatkan sebagai unggulan kedua, Bao sukses mengalahkan Roslin Hasim (MAS), Nguyen Tien Minh (VIE), Przemyslaw Wacha (POL) di tiga babak awal. Namun akhirnya ia harus pulang dengan tangan hampa setelah Sony Dwi Kuncoro mengalahkannya di partai Semifinal Sabtu sore. Ia kalah 21-15, 13-21, 16-21.

Di tahun 2009 ia tidak ikut serta mengingat cedera. Kejadian sama terjadi di tahun 2010, bahkan seluruh Tim kuat China tak tampil di Kejuaraan yang kala itu memperebutkan hadiah USD250.000 itu. Namun di tahun 2011, China datang dengan kekuatan penuh, mengingat kala itu Indonesia Open sudah bertitel Premier dengan hadiah USD600.000, termasuk Bao. Selain hadiah dan title premier, turnamen ini menjadi salah satu turnamen bergengsi untuk penghitungan poin Olimpiade 2012.

Penampilan di tahun 2011 menjadi penampilan terakhirnya di ajang BWF Superseries. Mengalahkan Rajiv Ouseph di babak pertama dengan skor 21-17, 21-15, Bao gagal mempersembahkan gelar Superseries setelah ditaklukan Taufik di Round 2 dengan skor 19-21, 23-25. Namun dari keseluruhan penampilannya di Indonesia Open, meskipun tak meraih satu gelar, ia lebih baik dari kompatriotnya Lin Dan yang selalu gagal di babak awal.

Selain masalah karier Indonesia Open, kehadirannya selalu menjadi magnet bagi dunia bulutangkis tanah air, terutama bagi para remaja putri yang bagaikan tersihir melihat Bao. ia selalu menjadi yang paling ditunggu. Setiap berjalan di court, tepukan selalu penonton berikan. Penampilan terakhir di Indonesia Open lalu, ketika dikalahkan Taufik, ia pun melambai-lambaikan raketnya, para remaja pun histeris.

Setelah laga itu, banyak sekali remaja putri yang mengelilinginya, tak termasuk untuk meminta tanda tangan dan berfoto. Sayang, ia tak akan datang lagi sebagai pebulutangkis di tahun 2012 mendatang.


WORLD CHAMPIONSIPS MEDAL


Meraih berbagai titel, belum membuat lengkap gelar dari Bao Chunlai. Soal titel bergengsi, ia masih kalah dari Lin Dan. Bahkan beberapa kali di pertemuan event bergengsi, ia dikalahkan oleh Lin Dan, termasuk di Kejuaraan Dunia BWF.

Mengawali debut di tahun 2003, ia langsung meraih medali perunggu. Di babak ketiga, ia mengalahkan Taufik Hidayat dengan skor 15-9, 15-4. Di Kuarterfinal, ia menang atas Roslin Hashim yang kala itu mengalahkan Lee Hyun Ill di babak ketiga. Melawan Roslin, Bao menang 15-7, 15-10. Sayangnya ia harus gagal di Semifinal setelah dikalahkan rekannya, Xia Xuanze dari China dengan skor 11-15, 7-15 dan membuatnya hanya meraih medali perunggu.

Di tahun 2004, gelaran ini ditiadakan karena merupakan tahun Olimpiade. Di tahun 2005, Bao kembali mengikuti ajang ini. Ditempatkan sebagai unggulan empat, ia harus tersingkir di Kuarterfinal oleh Lee Chong Wei dengan skor 5-15, 7-15. Kekalahan ini dibalas Bao di Kuarterfinal Kejuaraan Dunia 2006 dimana ia mengalahkan Lee Chong Wei yang menjadi unggulan pertama dengan skor 22-20, 12-21, 21-18. Di Babak Semifinal, ia bertemu Lee Hyun Ill dan menang 21-15, 21-19 dan gagal menuntaskan perlawanan Lin Dan di Final setelah kalah rubber 21-18, 17-21, 12-21. Ini merupakan prestasi terbaiknya di Kejuaraan Dunia.

Di Tahun 2007, menjadi unggulan keempat, ia sukses ke Semifinal namun kembali dikandaskan Lin Dan dengan skor 12-21, 20-22, ini perunggu kedua bagi Bao di Kejuaraan Dunia. Setelah Olimpiade 2008, cedera berat mulai melanda Bao. Di Kejuaraan Dunia 2009, Bao yang menjadi unggulan 11 dan diprediksi sampai di babak 16 besar tersingkir di babak pertama oleh Pebulutangkis Belanda berdarah Indonesia, Dicky Palyama dengan straight set 18-21, 14-21.

Pertemuannya dengan Lin Dan kembali terjadi di Kejuaraan Dunia tahun 2010 di Paris. Bao kalah 16-21, 13-21. Ini menjadi karir Kejuaraan Dunia terakhirnya. Kekalahan tragis di Final tahun 2006 menjadi klimaks Lin Dan dengan Bao Chunlai.

ASIAN GAMES


Karir bulutangkis di Asian Games juga tak cemerlang, sang kompatriot, Lin Dan meraih titel emas Asian Games di tahun 2010 untuk perorangan. Namun untuk beregu, Bao menjadi salah satu anggota Tim China di 3 gelaran multievent terakhir itu.

Di tahun 2002, ia tak mendapatkan jatah kuota individual, pasalnya Xia Xuansze dan Chen Hong mengisi kuota MS China. Namun ia mengantarkan China meraih perunggu setelah di Semifinal, Tim China kalah dari Indonesia 1-3.

Empat tahun kemudian, di Doha, ia didaulat sebagai pembawa bendera China di pembukaan Asian games 2006 di Doha, Qatar. Kali ini ia mendapatkan jatah kuota MS bersama Lin Dan. Di Sektor Individual, ia mengalahkan Ronald Susilo dari Singapura di Round of 16 namun kalah oleh Taufik Hidayat 16-21, 14-21 di Kuarterfinal. Namun kekalahan di sektor individual tak membuat Bao kalah di sektor beregu. Di nomor beregu putra, Bao menyumbang satu angka di Semifinal melawan Indonesia maupun Final menghadapi Korea. Tim China akhirnya mengawinkan emas beregu putra dan beregu putri Asian Games.

Di tahun 2010, saat China menjadi tuan rumah, Bao tak mendapatkan kuota setelah Lin Dan dan Chen Jin mengambil 2 tempat di Asian Games. Di Sektor beregu, China berhasil mempertahankan emas Asian Games. Kala itu di saat Lin Dan mencapai prestasi emas nya, Bao Chun Lai harus mengakui penurunan prestasi nya.


THOMAS CUP


Di Kejuaraan beregu putra memperebutkan Piala Thomas ini, ia yang didapuk menjadi anggota Tim sejak 2004 telah menghantarkan China 4 kali Juara Piala Thomas. Namun untuk edisi 2012 mendatang, Tak ada sosok Bao Chunlai di court.

Di Final Thomas Cup 2004 melawan Denmark, saat kedudukan 1-1, Bao yang turun di partai ketiga dengan sabar meladeni Keneth Jonassen dan menang dengan skor 12-15, 17-15, 15-12. Unggul 2-1, China yang diatas angin, akhirnya menang setelah Sang Yang/Zheng Bo menang straight set.

Di tahun 2006, ia kembali menjadi tunggal kedua. Di Semifinal, ia harus melakoni laga dengan sabar melawan Sony namun tetap menang 21-17, 24-22. Sedangkan di Final, laga ulangan Thomas 2004 dimana Ia bertemu Kenneth Jonassen dimanfaatkan sangat baik oleh Bao dan menang 21-12, 12-21, 21-12.

Di tahun 2008 saat digelar di Jakarta, Bao Chunlai menjadi magnet tersendiri selain Lee Yong Dae. Di Final, ia bertemu dengan Lee Hyun Ill dan harus melakoni beberapa kali deuce sebelum menang 28-26, 21-11.

Di Tahun 2010, ia menjadi tunggal ketiga China setelah Chen Jin naik peringkat. Sebagai tunggal ketiga, ia jarang dimainkan dalam sistem knockout. Ia hanya dimainkan di penyisihan Grup. Yakni saat melawan Lee Hyun Ill dan menang 21-18, 21-15.

Di Kejuaraan Beregu Campuran Sudirman Cup, ia juga menjadi bagian dari tim ini di tahun 2011 lalu sekaligus menjadi kali terakhirnya. Namun, ia hanya menjadi ban serep karena di seluruh laga knockout stage mulai dari kuarterfinal hingga final, ia tidak diturunkan, melainkan Lin Dan.


OLYMPIC CAREER


Karir Olimpiade Bao Chunlai sangat buruk. Tampil di 2 Olimpiade, yakni di tahun 2004 dan 2008, tak ada satu pun yang menghasilkan medali. Rekannya, Lin Dan lah yang berhasil menyabet emas di tahun 2008.

Di Tahun 2004, China mengirim 3 wakil, Lin Dan, Chen Hong dan Bao Chunlai. Kala itu, Lin Dan harus gugur di babak pertama oleh Ronald Susilo, sedangkan nasib lebih baik dialami Lin Dan. Mengalahkan Shyam Gupta di babak pertama, ia gagal lolos ke kuarterfinal setelah dikalahkan Park Tae tsang dari Korea dengan skor 11-15, 12-15.

Di Tahun 2008, Olimpiade kembali digelar dan kali ini Beijing menjadi tuan rumah. 3 Wakil MS China hadir di Beijing, mereka adalah Lin Dan, Chen Jin dan Bao Chunlai. Chen Jin yang merupakan debutan Olimpiade sukses menggondol perunggu, sedang Bao terhenti di Kuarterfinal.

Bao yang menjadi Unggulan 3 di turnamen itu sukses melewati Kevin Cordon dari Guatemala dengan skor 21-17, 21-16 di Babak kedua dan Przemyslaw Wacha dari Polandia dengan skor 21-11, 19-21, 21-13. Ia gagal ke Semifinal setelah dikalahkan Lee Hyun Ill.

Meski bukan unggulan, Lee sukses menghempaskan unggulan 5, Kenneth Jonassen dari Denmark di babak kedua dan Marc Zwiebler di babak ketiga. Dalam perfoma terbaiknya, Lee Hyun Ill menghempaskan Bao dengan skor 23-21, 21-11 sekaligus memupuskan harapannya meraih medali.

Pensiun di tahun 2011, setahun jelang Olimpiade merupakan hal yang disesalkan oleh Bao. Sebenarnya ia sangat ingin bertahan sampai sesudah Olimpiade, tapi cederanya membuat Bao tudak bisa bertahan. Menurutnya, Setiap atlet harus menghadapi pilihan yang baru, termasuk Lin Dan. Tidak ada yang dapat bermain selamanya, jadi perubahan di kehidupan sekarang, semacam percobaan untuk menuju sebuah kesuksesan.


BAYANG - BAYANG LIN DAN

Dengan muka yang ganteng dan keren, Bao merupakan simbol yang tidak tergantikan di dunia olahraga China dan dia memiliki banyak fans yang membuat orang lain iri hati. Tak hanya tampang, prestasinya tak jauh dari berbagai pebulutangkis top lain di dunia. Namun sebagai pebulutangkis China, karirnya dibayang-bayangi oleh kompatiot terbesarnya, Lin Dan.

Meskipun mereka adalah sahabat, Lin Dan nampaknya tak mau berbagi gelar dengan kompatriotnya itu, tak seperti saat ia mengalah dari Chen Jin di berbagai ajang. Awal pertemanan mereka dimulai di awal tahun 2000, ketika Bao menjadi Juara Dunia Junior dan Lin Dan menjadi Semifinalis. Seiring berjalannya waktu, dari junior ke senior, Lin Dan sangat gemilang, bertolak belakang dengan Bao.

Setelah gagal atas Ronald Susilo di Olimpiade Athena, Lin Dan berkata ambisius untuk menjadi Juara Olimpiade, ‘bersama dengan Bao’. Tetapi kenyataan berkata lain, Bao tersingkir di Kuarterfinal oleh Lee Hyun Ill sedang Lin Dan berhasil menerima penghargaan, bersanding dengan Chen Jin. Menyinggung soal Olimpiade 2008, ada kisah unik persahabatan mereka. Menurut beberapa situs, Bao Chunlai kala itu mengurung diri seorang diri di ruang ganti. Dia harus melewati rasa kecewa dan sakit sendirian. Saat itu Lin Dan menghibur sahabatnya. Lin Dan berkata, ”tunggu saya membawa pulang medali emas, dan saya akan membalaskan dendamu!”. Lalu Bao Chunlai menjawab : “Kalau begitu saya akan mentraktirmu!”.

ebelumnya, di Kejuaraan Dunia 2006 di Madrid, Spanyol. Lin Dan berhasil menjadi juara dunia untuk pertama kali nya setelah berhasil mengalahkan Bao Chunlai. Pada Kejuaraan Nasional China yang memenangkan Lin Dan dengan skor telak 21-19, 21-3. Kemenangan Lin Dan dirayakannya dengan memeluk sang pelatih. Sedangkan, Bao Chunlai hanya sendirian, menanggung perasaan kecewa seorang diri.

Namun dibalik itu semua, Tuhan selalu adil. Meskipun Bao tidak pernah mendapatkan titel prestisius atau perhatian lebih dari pelatih, Bao punya hal yang tak dipunyai Lin Dan, yakni tampang dan kecintaan masyarakat yang lebih pada Bao. Tuhan memang adil.

Bentuk kecintaan para masyarakat pada Bao adalah hadiah yang diberikan kepada sang Idola. Bahkan, Bao memiliki sebuah lemari khusus dimana ia menyimpan hadiah fans, meskipun harganya tak mahal. Hadiah dari fans nya itu seperti kerajinan tangan tas, lipatan origami burung, bintang, dan lainnya. Banyaknya hadiah dari Fans membuat Bao ingin membuat sebuah pameran.


CEDERA DAN GANTUNG RAKET


Sering kita lihat Bao selalu memakai pengaman lutut di kaki kirinya. Yap.. ia menderita cedera yang cukup parah. Pasca Olimpiade 2008, ia mengalami cedera lutut. Disaat semua tim China mengadakan latihan, ia harus memulihkan cedera lututnya di Politeknik Universitas Hongkong. Bukan hanya lutut saja ternyata, pergelangan kakinya juga mengalami sedikit cedera yang membuat penampilannya sangat menurun.

Cedera ini merupakan alasan beberapa kali Bao mengundurkan diri dari berbagai turnamen, termasuk Indonesia Open 2009, padahal beberapa waktu sebelumnya ia menjuarai Singapore Open SS 2009.

Lihat saja gambar diatas, cedera lututnya sampai terlihat bengkak. Namun, setelah pensiun dan gantung raket, cedera lututnya sudah berkurang karena banyak istirahat, tidak seperti dulu saat menjadi atlet, ia harus latihan keras.

Sebenarnya Bao sempat mengatakan bahwa Kalau tahap pemulihan cederanya dalam kondisi yang bagus, ada kemungkinan dia akan bermain kembali. Pernyataan yang dikeluarkan di Bulan September itu akhirnya tak terwujud, ia akhirnya mundur. Ia mundur atau gantung raket tepat pada tanggal 21 September 2011.

Menurut Bao sendiri, Pensiun adalah masalah yang pasti dihadapi oleh semua atlet, karena tidak ada atlet yang bisa bermain selamanya. Awalnya Bao pensiun pada 2013, namun ternyata ia pensiun lebih awal.


SEGAN TERHADAP LI NA


Bao Chunlai adalah salah satu atlet yang menyukai petenis unggulan China, Li Na. Lewat Li Na lah, Tenis China dan Tenis Asia menjadi terkenal. Dialah wanita Asia pertama peraih Grand Slam turnament, yakni French Open 2011 lalu. Ia akan menjadi tumpuan China di Olimpiade 2012 mendatang. Khusus tenis, nomor Mixed Double akan kembali dipertandingkan setelah terakhir dipertandingkan di tahun 1924.

Menurut Bao, Li Na adalah atlet yang sangat gigih dan sangat berpendirian. Selain itu, ia juga menyukai atlet Deng Yaping yang berhasil membawa bendera China di Kejuaraan Tenis Meja 1997, dimana ia membawa medali emas di nomor beregu putri, tunggal putri, ganda putri dan silver untuk mixed double.

Read More..

Minggu, 15 April 2012

Keluar Pelatnas ^^

“Wah… Jadi ini Pelatnas? Lebih keren dari yang gue pikirkan ternyata. Wajar saja banyak atlet yang berlomba-lomba masuk kesini. Gue nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!”. Itulah kalimat pertama yang di ucapkan Fran ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Pelatnas Cipayung. Fran Kurniawan adalah atlet bulutangkis ganda campuran daerah X yang lulus seleksi Pelatnas dan akan menjalani masa pelatihan di Pelatnas.
    Fran berjalan menuju kantor Pelatnas yang terletak di ruangan utama gedung itu. Setelah masuk ke kantor itu, Fran bertemu dengan seorang Pria tua namun berkharisma. Pria itu tidak asing bagi Fran karena beliau adalah salah satu Legenda Bulutangkis Indonesia. Namanya adalah Christian Hadinata.
    ”Selamat pagi, Fran. Wah.... saya sudah menunggu kedatanganmu sejak tadi. Bagaimana perasaanmu?”, tanya Pak Chris.
    ”Selamat Pagi, Pak. Hm... saya sangat senang, Pak. Saya akan usahakan yang terbaik, Pak!”, jawab Fran.
    ”Baiklah, Fran. Tidak usah berlama-lama. Saya antar kamu ke kamar kamu. Saya rasa kamu juga sudah tidak sabar!”, ujar Pak Chris sambil keluar meninggal ruangan dan di ikuti Fran di belakangnya.
***
    Sore itu adalah hari pertama Fran mengikuti latihan bersama dengan atlet Pelatnas lainnya. Rasa canggung hinggap pada diri Fran yang merupakan anggota baru disana. Namun diluar dugaan, ternyata para atlet Pelatnas menyambut hangat kedatangannya. Saat latihan, Fran berkenalan dengan Owi dan Rijal. Owi dan Rijal ternyata atlet baru juga di Pelatnas.
    ”Wi, kamu sudah berapa lama disini?”, tanya Fran.
    ”Gue baru satu bulan disini, Fran. Rijal juga. Lo nggak usah canggung gitu, teman-teman baik-baik kok. Nanti pasti lo terbiasa”, terang Owi.
    “Iya, Fran. Lo kagak usah minder. Anggap saja kita ini adalah teman lo yang sudah lama temenan sama lo. Iya nggak, Wi?”, ujar Rijal.
    ”Iya, Fran. Bener tuh kata Rijal. Anyway, lo sektor apa, Fran?”, tanya Owi.
    ”Hm... Gue sektor ganda campuran, Wi. Tapi gue masih nggak tau partner gue siapa! Lo, Wi?”, jawab Fran.
    “Wah... Ganda campuran yah? Hm... Kalau gue ganda campuran partneran sama kak Butet terus Rijal juga ganda campuran partneran sama Debby!”, jawab Owi.
    “Ayok latihan dulu. Nanti bisa di lanjutin lagi ngobrolnya”, ajak Rijal.
    Setelah itu Fran, Rijal, dan Owi latihan lagi. Karena Fran belum tahu siapa partnernya, jadi Fran latihan bersama Rijal dan Owi.
***
    Pagi itu akan di adakan latihan fisik bersama antara atlet puteri dan atlet putera. Semua atlet sudah berkumpul di depan Gedung Pelatnas. Begitu pun dengan Fran, Owi, dan Rijal. Sambil menunggu intruksi dari pelatih, mereka bertiga asyik bercanda.
    ”Enak loh, Fran. Sektor lo ganda campuran, berarti partnernya cewek”, goda Rijal sambil mencolek lengan Fran.
    ”Hahahaha apaan sich lo, Jal? Gue di taruh di sektor apa aja pasti gue terima. Asal jangan sektor ganda puteri sama tunggal puteri. Hahahaha”, jawab Fran sambil tertawa.
    ”Tenang aja, Fran. Atlet puteri disini cantik-cantik kok. Pasti dah lo betah main di ganda campuran”, timpal Owi.
    “Hahahahahah”, mereka pun tertawa bersama. Namun ketika sedang asyik tertawa, tiba-tiba pelatih mereka datang dan nampaknya siap untuk memulai latihan fisik.
    “Selamat pagi!!!!! Sudah lengkap kan? Rute latihan fisik kita hari ini sama dengan minggu lalu. Setelah jogging, kalian langsung menuju ruang gym. Oke? Yupz mulai!!!!!!!!”, perintah sang pelatih.
    Lalu Fran, Owi, dan Rijal mulai berlari. Bersama dengan atlet lainnya, mereka berlari sesuai dengan rute yang di tentukan. Karena Fran tidak tahu rutenya, maka Fran hanya mengikuti langkah Owi dan Rijal. Namun di tengah jalan, tali sepatu Fran terlepas dan memaksanya untuk berhenti sejenak untuk mengikat tali sepatunya tersebut. Tapi Owi dan Rijal tidak menyadari kalau Fran berhenti untuk mengikat tali sepatunya.
    Saat Fran hampir selesai mengikat tali sepatunya, tiba-tiba ada seorang gadis yang berlari menghampirinya. Wajahnya berkeringat. Saat sudah sampai di dekat Fran, gadis itu berhenti. Gadis itu ngos-ngosan. ”Maaf mau tanya, Mas. Lihat atlet yang lagi fisik nggak, Mas?”, tanya gadis itu.
    ”Iya. Rutenya sama kayak minggu lalu katanya, Mbak”, jawab Fran.
    ”Owh ya sudah. Makasih yah, Mas”, ujar gadis itu sambil meninggalkan Fran. Namun belum sampai 2 meter gadis itu berjalan, Fran memanggil gadis itu.
    ”Mbak!! Mbak atlet?”, tanya  Fran.
    ”Iya, Mas. Ada apa?”.
    ”Mbak tahu rutenya? Saya nggak tahu rutenya, Mbak!”, terang Fran.
    ”Owh jadi Mas ini atlet juga ya? Baru yah? Pantas saja saya tidak tahu. Ayo Mas bareng saya saja. Yuk, Mas!”, ajak gadis itu.
    Lalu Fran berlari-lari kecil mengikuti langkah gadis itu. Tiba-tiba gadis itu melambatkan larinya. ”Nama gue Pia. Nama lo siapa?”, tanya gadis itu yang diketahui bernama Pia.
    ”Nama gue Fran”, jawab Fran singkat.
    ”Hm Fran, gue tadi itu telat. Heheheh jadi larinya belakangan. Nanti kalau ditanya Ko Chris, bilang aja kalo gue nemenin lo ngikat tali sepatu. Oke?”, ujar Pia.
    “Owh oke deh!”, jawab Fran.
    Sesampainya di ruang gym, ternyata Ko Chris tidak menanyakan perihal kedatangan mereka yang telat. Setelah itu Fran dan Pia berpisah menuju tempat masing-masing.
***
    Malam itu adalah malam minggu. Fran tampak sedang duduk di taman depan kamarnya. Fran duduk sambil menatap langit. Owi dan Rijal sedang keluar membeli raket baru. Tiba-tiba Pia terlihat berjalan dari arah gerbang sambil menenteng plastik hitam sambil mengunyah snack. Saat Pia lewat di depannya, Fran memanggil Pia. ”Hai, Pia!! Dari mana?”.
    “Hai, Fran! Sendiri aja? Ini gue baru belanja! Ngapain lo disitu?”, jawab Pia sambil berjalan mendekati Fran.
    “Nggak ngapa-ngapain. Lagi nggak ada temen jadi yah Cuma duduk deh!”, jawab Fran.
    “Kenapa nggak jalan-jalan saja? Mau?”, tanya Pia sambil menawarkan snacknya pada Fran.
    ”Nggak. Makasih, Pi. Sudah kenyang!”, jawab Fran.
    ”Owh. Mulai besok kita sudah latihan bareng loh, Fran!”, ujar Pia tiba-tiba.
    ”Ha? Kita?”, tanya Fran kaget.
    ”Kenapa? Tadi sudahnya nge-gym, gue di kasih tahu Ko Chris kalau katanya gue bakal di coba sektor ganda campuran bareng lo!”, terang Pia.
    Fran pun kaget. Ia tak menyangka bahwa Pia akan menjadi partnernya. Lalu Pia berdiri sambil menenteng plastiknya lagi dan berkata pada Fran, ”Kita harus jadi atlet hebat!”.
***
    Keesokan harinya Fran dan Pia memulai latihan bersama. Pia nampak mengajarkan beberapa tehnik dan kebiasaan Pia ketika bermain. Fran dan Pia pun terlihat kompak saat latihan pertama. Fran mudah untuk menangkap setiap tehnik baru yang di ajarkan pelatihnya. Pia pun semakin nyaman berpasangan dengan Fran.
    ”Fran, gue rasa kita bisa jadi atlet hebat kalau kita terus main kompak kayak gini!”, ujar Pia tiba-tiba.
    ”Iya, Pi. Gue bakal berusaha yang terbaik!”, jawab Fran bersemangat.
    Sejak itu Fran dan Pia menjadi atlet ganda campuran yang cukup kuat. Fran dan Pia mulai diikutkan di event Grand Prix Gold. Dan di luar dugaan, Fran dan Pia yang baru di pasangkan tidak lebih dari 2 bulan sudah mampu menjadi juara di event tersebut. Itu yang menyebabkan Ko Chris mempertahankan pasangan Fran dan Pia.
    Seiring dengan berjalannya waktu, Fran dan Pia sudah berpartner kurang lebih 7 bulan. Sudah 3 gelar yang mereka persembahkan meski hanya sekelas Grand Prix Gold. Selama 7 bulan itu juga Fran dan Pia secara intens bersama-sama. Fran dan Pia pun semakin dekat, hingga timbullah gosip di Pelatnas bahwa Fran dan Pia memiliki hubungan khusus seperti Zhang Nang dan Zhao Yunlei yang nampak sangat kuat karena hubungan istimewa di antara keduanya. Namun baik Fran maupun Pia sama-sama mengelak ketika disindir perihal tersebut. ”Apaan sich kalian. Buat gosip yang berbobot donk! Ya nggak, Fran?!”, ujar Pia.
    ”Iya. Kita kan bestfriend!”, jawab Fran.
    ”Alah bohong itu. Bohong! Bilang aja nggak mau PJ ke kita”, timpal Owi.
    ”Kalau kita beneran jadian, kita pasti kasih PJ ke kalian kok! Tenang aja! Tapi berhubung gue ma Fran nggak ada apa-apa, jadi nggak ada acara PJ PJ-an!”, terang Pia.
    Namun sanggahan Fran dan Pia tidak berhasil meredam gosip yang sudah beredar di kalangan atlet Pelatnas. Fran dan Pia tak terpengaruh sedikit pun dengan gosip itu. Fran dan Pia tetap kompak dalam bermain hingga membuat peringkat mereka bertengger di rangking 11 dunia. Berbeda 8 peringkat dari Owi dan Butet yang berada di peringkat 3 dunia serta berbeda 2 peringkat di atas Rijal dan Debby.
    Tahun itu akan digelar event Sudirman Cup. Sial bagi team Indonesia, karena team Indonesia tidak bisa menurunkan ganda campuran terbaik mereka karena Kak Butet mengalami cedera di lengan kanannya setelah penyelenggaraan event Indonesia Open 2 minggu sebelum event Sudirman Cup. Mau tidak mau team Indonesia harus menurunkan ganda campuran kedua mereka yaitu Fran dan Pia. Mendapatkan kepercayaan itu, Fran dan Pia mempersiapkan diri mereka agar dapat membantu Indonesia meraih poin.
***
    Event Sudirman Cup pun di mulai. Di penyisihan grup, Indonesia tidak mendapatkan halangan yang berarti. Indonesia sempat kewalahan ketika menghadapi Malaysia. Namun pada partai penentu yaitu ganda campuran, pasangan Fran dan Pia berhasil memenangkan pertandingkan dan membuat Indonesia melenggang ke babak perempatfinal. Pada babak perempatfinal, team Indonesia akan melawan team Jepang.
    Pada partai pertama mempertandingkan antara Moh. Ahsan/Alvent Yulianto Chandra melawan Hirokatsu/Hashimoto. Moh. Ahsan yang biasanya berpasangan dengan Bona Septano dan Alvent Yulianto Chandra yang biasanya berpasangan dengan Hendra Aprida Gunawan berhasil memenangkan pertandingan. Ahsan/Alvent berhasil menang 21-17 21-16. Peraih medali perunggu Asian Games tersebut membuat Indonesia unggul 1-0 atas Jepang.
    Pertandingan kedua mempertandingkan antara Adrianti Firdasari vs Eriko Hirose. Eriko merupakan top ten di rangking dunia sedangkan Firda berada di rangking 37 dunia. Namun hal itu tidak membuat Firda takut, Firda justru mampu memenangkan set kedua sebelum akhirnya set pertama dan ketiga di rebut oleh Eriko. 19-21 21-17 14-21. Namun team Indonesia tetap puas dengan penampilan Firda. Jepang pun berhasil menyamakan kedudukan 1-1.
    Pertandingan ketiga antara Simon Santoso vs Kenichi Tago. Pertandingan yang tidak di duga-duga. Simon yang di gadang-gadang akan menang mudah atas Kenichi justru malah harus bertekuk lulut dengan 2 game langsung, 15-21 9-21. Dengan hasil itu, kedudukan pun berbalik menjadi 1-2 untuk keunggulan Jepang.
    Pertandingan keempat merupakan pertandingan hidup mati untuk team Indonesia. Mau tidak mau Greysia Polii dan Meiliana Jauhari harus memenangkan pertandingan itu. Dengan agresifitas tinggi dan defends yang mumpuni, Greys dan Meiliana mampu menyudahi langkah Miami Naito/Shizuka Matsuo, 21-17 21-16. Greys dan Meiliana berhasil menyamakan skor menjadi 2-2.
    Pertandingan kelima. Pertandingan ganda campuran. Pertandingan hidup dan mati bagi kedua team. Fran Kurniawan Teng/Pia Zebadiah Bernadeth akan bersua dengan Reiko Shiota/Shintaro Ikeda. Hari sudah sangat malam. Hanya menyisakan pertandingan antara Indonesia vs Jepang.
    Set pertama dimulai. Pada babak awal set pertama, permainan di kendalikan oleh Fran dan Pia. Berkali-kali smash mematikan Fran gagal dibendung oleh Reiko dan Shintaro. Meski begitu set pertama pun berjalan seru. Sempat terjadi kejar mengejar angka, sebelum akhirnya Fran dan Pia berhasil menutup set pertama dengan 21-19.
    Set kedua, Fran dan Pia nampaknya menurunkan tempo permainan. Justru itu yang di manfaatkan Reiko dan Shintaro. Awal set kedua, Fran/Pia tertinggal atas poin Reiko/Shintaro. Namun dengan konsentrasi yang tinggi Fran dan Pia berhasil meraih poin 20 terlebih dahulu. Namun ganda Jepang tersebut tidak menyerah, mereka memaksakan duece. Karena kurang tenang, jump smash Fran menyangkut di net dan set kedua direbut ganda Jepang 23-25.
    Set ketiga. Fran/Pia kembali ke permainan awal. Mereka bermain sangat agresif. Namun dalam pertandingan itu nampak Pia dan Shintaro terlihat habis tenaganya. Pia menjadi sasaran Reiko dan Shintaro menjadi bulan-bulanan smash Fran.
    ”Semangat, Pi! Kita bisa! Kita pasti menang!”, ujar Fran menepuk punggung Pia untuk menyemangati Pia sebelum Pia melakukan serve.
    Setiap kali Fran/Pia meraih angka, Fran memotivasi Pia. Setiap kali Fran/Pia kehilangan angka, Fran menyemangati Pia. Pia pun berusaha tetap kuat meski tenaganya sudah benar-benar habis. Angka yang di peroleh Indonesia berasal dari pukulan Fran. Fran sepertinya meminimalkan pukulan mengarah pada Pia karena Pia terlihat sangat kelelahan. Fran terlihat seperti melindungi Pia. Setiap kali pukulan mengarah pada Pia, saat itu juga Fran langsung membalasnya. Skor pun 20-10. Satu angka lagi Indonesia memenangkan pertandingan dan berhak ke semifinal. Pia akan melakukan serve, namun dia sudah terlihat sangat sangat sangat kelelahan. ”Semangat, Pi! Satu angka lagi! Kita pasti menang! Yang tenang! Semangat semangat semangat!!!!!”.
    Serve sudah dilakukan. Terjadi rally panjang yang membuat detak jantung berdetak lebih cepat, namun jump smash Fran menyudahi perlawanan ganda Jepang tersebut. Akhirnya Fran/Pia berhasil menang. Fran pun secara spontan memeluk Pia yang sedang duduk di tengah lapangan karena lelah. Fran menarik Pia agar berdiri dan Fran pun memeluk Pia sambil membawanya kepinggir lapangan. Banyak wartawan yang mengabadikan kejadian tersebut. Di pinggir lapangan, Greys menyodorkan sebotol minuman untuk Pia. Masih sambil dipeluk Fran, Pia meminum air itu. Lalu Fran melepaskan pelukan itu dan ketika Pia menoleh, Fran sedang di gendong pelatihnya. Sebagai gambaran kebahagiaan atas kemenangan itu. ”Makasih Fran buat lindungan lo!”, gumam Pia dalam hati.
***
    Indonesia gagal membawa pulang Sudirman Cup ke tanah air setelah terhenti di semifinal. Namun apresiasi tetap di tujukan kepada team Indonesia karena berhasil melaju ke semifinal meski tanpa ganda campuran dan ganda putera terbaik Indonesia.
    Dan para atlet pun kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Begitu pula dengan Fran dan Pia. Mereka kembali latihan bersama lagi. Saat istirahat, Pia menghampiri Fran. Saat itu Fran sedang mengikat tali sepatunya. ”Fran, nih!”.
    ”Makasih yah, Pi! Tumben baik?”, ujar Fran sambil menerima air mineral yang diberikan Pia.
    ”Gue kan emang baik, Fran. Hm.... Fran, makasih yah kemarin!”, ujar Pia tiba-tiba membuat Fran menoleh kaget.
    ”Ha? Makasih buat apa?”, tanya Fran bingung.
    ”Itu pas perempatfinal. Loe udah usaha mati-matian gimana caranya biar gue nggak nerima bola. Makasih bangetz!!!!!!!”, ujar Pia.
    “Ah... Bukan apa-apa. Secara gue kan lebih hebat dari lo, jadi gue melakukan apa yang harusnya gue lakukan!”, terang Fran sambil tertawa.
    “Hu...... Hebat apaan! Lo kemarin ngapain meluk-meluk gue?! Mengambil kesempatan dalam kesempitan yah?”, tuduh Pia.
    “Nggak kok! Hmmm itu itu itu spontanitas. Kan lo menggembel tuh di tengah lapangan, jadi gue bantuin bangunin deh!”, terang Fran gugup.
    “Iya iya. Kagak usah gagap gitu donk!”, goda Pia sambil meninggalkan Fran.
***
    Dua bulan setelah Sudirman Cup. Berita mengagetkan datang dari Pia. Pia memutuskan untuk keluar dari Pelatnas dan menjadi atlet profesional. Sebelum PBSI menyutujui keputusan itu, Pia tetap di Pelatnas namun tidak latihan. Di tempat latihan Fran di wawancarai oleh atlet yang lain.
    ”Fran, lo sama Pai tengkar yah?.”
    “Kalian putus yah? Kok ampe Pia minta keluar Pelatnas gitu?”
    ”Padahal kemarin sudah so sweet moment. Masak mau cerai gitu sich!”
    “Fran, bujuk Pia donk biar balik kesini lagi!”
    Itu adalah contoh pertanyaan teman-teman atlet kepada Fran. Fran hanya diam saja. Fran nampak murung. Diam-diam Fran juga tidak ingin berpisah dari Pia. Menurutnya, hanya Pia yang bisa membuatnya sehebat sekarang. Fran juga tidak habis pikir kepada keputusan Pia. Fran harus menanyakan ini langsung pada Pia. Setelah latihan, Fran dan Pia janjian ketemuan di taman depan kamar Fran.
    ”Pi!!!!!!!”, panggil Fran.
    ”Ada apa, Fran?”, tanya Pia.
    ”Tolong jelasin ke gue kenapa lo mutusin untuk keluar dari Pelatnas?”, tanya Fran.
    ”Gue nggak apa-apa kok. Gue Cuma pengen jadi atlet profesional aja, Fran. Oh iya, maaf yah gue nggak tanya persetujuan lo dulu! Gue yakin meski tanpa gue, lo bakal tetap jadi atlet hebat!”, terang Pia.
    ”Heh! Itu bukan alasan yang masuk akal! Kenapa, Pi?! Lo bermasalah sama gue? Gue salah apa? Apa karena spontanitas gue pas Sudirman kemarin?!”, tanya Fran emosi.
    “Lo baik ke gue, Fran. Nggak ada alasan buat gue untuk bermasalah sama lo. Tentang yang lo meluk gue? Gue oke oke aja tuh! Justru gue nggak enak sama lo karena lo udah mati-matian ngelindungi gue! Udah lo tenang aja, Fran. Gue nggak bakal ngelupain lo kok, Fran!”, terang Pia lagi menahan air mata.
    “Gue nggak mau pisah sama lo, Pi. Selama ini lo yang buat gue sehebat ini! Kita bakal jadi atlet hebat, Pi! Kita bisa bareng-bareng jadi atlet hebat!”, bujuk Fran.
    “Kepuusan gue udah final, Fran. Dan sudah disetujui sama PBSI. Nanti jam 10 gue keluar Pelatnas. Makasih yah sudah jadi partner yang hebat buat gue. Makasih udah ngelindungi gue. Makasih buat semuanya yang udah lo lakuin ke gue”, ujar Pia sambil memegang tangan Fran. Beberapa menit kemudian, Pia meninggalkan Fran yang masih diam.
    “Pia, maaf gue masih belum bisa ngikutin lo keluar Pelatnas. Cinta gue belum bisa bikin gue ngikutin jejak loe. Suatu saat gue bakal ngejar cinta gue keluar Pelatnas!”, ujar Fran tegas.
    Pia pun kembali menoleh ke arah Fran. Pia tersenyum pada Fran. ”Kutunggu cinta lo di luar Pelatnas, Fran!”. Lalu Pia kembali berjalan meninggalkan Fran. Dan Fran masih tetap di tempat itu. Diam. Tak bergeming.
    Fran masih di taman depan kamarnya. Tiba-tiba Fran mendengar deru mobil dan suara orang dari depan Pelatnas. Mobil yang akan membawa Pia pergi ternyata. Nampak Pia sedang mengangkat koper-kopernya sambil di dampingi Pak Chris disampingnya. Setelah bersalaman dengan Pak Chris, Pia naik ke mobil. Namun mobil tidak kunjung berjalan. Tiba-tiba kaca mobil itu terbuka, dan nampak Pia mengeluarkan sebagian badannya lalu berteriak pada Fran, ”Fran! Semangat yah! Ku tunggu cintamu di luar Pelatnas!!!”. setelah itu Pia memberika kiss bye. Dan mobil itu melaju dan menyisakan Fran yang masih diam membisu di taman depan kamar yang sedang meratapi kepergian Pia.


END.

Just for fun. Untuk mengobati rasa rinduku terhadap permainan Kak Fran dan Kak Pia :’( 

Read More..

Sabtu, 07 April 2012

De_JojeZu ^^

Hm... hi semuanya..
Hari ini aku nggak mau ngepost tapi bukan tentang cerpen tapi tentang pertemananku dengan 3 orang yang bisa disebut aneh tapi lucu, kemarin aku baru memutuskan sebuah nama untuk mengisyaratkan pertemanan kami, namanya De_JojeZu..
De di De_JojeZu iku adalah aku. Namaku Deby Tri Wulandari. ada yang panggil aku Deby, Bibi, Bie n yang paling aneh ada yang panggil aku Bymu. Terserah deh asal jangan panggil aku Bysul lagi :D Aku iku penggemar berat bulutangkis, suka nulis dan paling nggak suka nunggu. Aku punya 3 idola abadi, namanya Nova Widianto, Bao Chunlai, dan Rio Haryanto. Dan aku suka banget sama orang yang punya mata sipit ~,~
Jo di De_JojeZu iku adalah Jo. Ceritanya, Nah terus tahun 2009, aku nggak sengaja liat trailer film KING di TV. ternyata film iku tentang BULUTANGKIS! langsung donk menarik perhatianku, dan saat aku akhirnya bisa nonton film iku ternyata film nya bagus banget. Dan lagi dalam film iku terselip sesosok cowok imut,ganteng n bermata sipit yang bernama Jonathan Christie. Mas Jojo ini jadi pemeran antagonis bernama Arya dalam film iku. Nah karena penasaran nih, pas film selesai di puter aku nunggu daftar pemain yang ada d akhir film. setelahaku tahu nama pemeran Arya, langsung deh aku search d Facebook, aku add, n aku coba ngewall, ternyata eh ternyata dia baiiiikkkk banget. welcome gitu sama aku. Sejak iku aku deket banget sama Mas Jojo. >,<
Je di De_JojeZu iku adalah Jeka. Nama lengkapnya Jeka Wiratama. Pertemuan pertamaku sama Kakak Jeka iku pas aku nonton sirnas di slah satu stasiun televisi. waktu iku Kakak Jeka lagi tanding mix double.Waktu ntu Kakak Jeka menang, hebat kan?! udah nya nonton sirnas, aku coba tuh search Facebooknya, aku add, terus sama dia di confirm. Biasa saja sich, tapi hebohnya suatu hari Mas Jojo posting foto sama Kakak Jeka. Katanya sich waktu iku mereka lagi da pertandingan di Jepang.Pas aku mau comment disitu, betapa terkejutnya aku pas tahu ternyata wajah Kakak Jeka mirip banget sama Bonda Prakoso :D dan kebetulan saat itu Kakak Jeka lagi ol, aku coba chat deh. ternyata eh ternyata Kakak Jeka suka banget ketawa Hahahahahahahha...... :D pas aku bilang ke Kakak Jeka kalau wajah dia mirip ama Bondan dan tahukah anda bahwa kakak Jeka ternyata nggak tahu sama Bondan --a dari situlah aku nggak terlalu dekat sama Kakak Jeka.
Dan Zu d De_JojeZu adalah Zuzu. Awalnya aku ketemu sama Zuha Arrofiqoh, sebenernya aku sama Mbak Zuha iku sudah kenal dari SMP,tapi karena beda kelas jadi nggak deket2 banget. hingga sampailah aku ke SMA, kebetulan aku sekelas nih sama Mbak Zuha. Ternyata aku sama Mbak Zuha ada kemiripan yaitu sama2 suka bulutangkis. Dari itulah aku sama Mbak Zuha cukup dekat :D

di De_JojeZu ini sebenarnta aku yang paling gawel :D aku tuh paling sering ngegodain Mbak Zuha sama Mas Jojo terus ngegodain Kakak Jeka sama Mbak Zuha. Mbak Zuha nya sich jadi sering histeris :D tapi sering ketawa juga sich >,< Mbak Zuha iku senengnya bicara Kakak Jeka, ngefans mungkin :D Tapi kayaknya Mbak Zuha sukanya dari Kakak Jeka yaitu ketawanya "Hahahahahha......". Herannya Mbak Zuha iku nggak begitu berminat ngebahas Mas Jojo padahal aku nya seneng banget ngobrolin Mas Jojo. Yang pasti yah buat yang baca De_JojeZu iku cuma bercandaanku tentang pertemanan aneh antara Aku, Mas Jojo, Kakak Jeka and Mbak Zuha. ^^

Nama : Deby Tri Wulandari
Tetala : Pamekasan, 09 Maret 1995
I'm a sahabat RIO :)



Nama : Jonathan Christie
Tetala : Jakarta, 15 September 1997
Jona Chivers :)




Nama : Jeka Wiratama
Tetala : Padang, 06 Januari 1996
JeFam :)

 

Nama : Zuha Arrofiqoh
Tetala : Malang, 13 April 1995
ELF



Read More..

Kamis, 05 April 2012

Tahap Pertama Zaman Putih Abu-Abu

 Sunday, 10 July 2011

Dimulai tanggal 5 juli 2010, aku dipertemukan oleh 31 teman dari berbagai sekolah di SMAN 1 Pamekasan. Kami berkumpul di kelas yang disebut X-E atau RAMIEREZ. 31 temanku memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Banyak orang mengatakan bahwa kelas kami adalah kelas anak-anak nakal, kelas anak orang kaya, kelas para mafia, kelas terkotor or kelas apalah kata mereka. Tapi kami tidak peduli, inilah kami. Kami yang sesungguhnya. Kami yang berdiri dengan sifat kami yang asli, bukan sifat yang di buat-buat untuk menarik simpati orang lain. Kami memang nakal dan susah di atur, tapi kami juga punya prestasi yang tidak dimiliki kelas lain. Mulai dari akademik hingga non akademik, mulai dari futsal, tari, basket, mata pelajaran TIK, dan masih banyak lagi prestasi yang kami miliki.

Berbagai masalah kami hadapi. Mulai dari masalah kecil hingga masalah besar yang sempat menggemparkan sekolah pernah kami lewati. Mulai dari dimarahi guru, dihukum guru, dipanggil ke BK, dihukum bersama-sama, hingga telat massal pun pernah kami alami. Tapi kami lewati semua itu dengan senyuman dan berharap esok akan lebih baik dari hari ini.
Tahap pertama zaman Putih Abu-Abu. Mulai dari rame, nyontek, ngerjakan PR yang barengan, cinlok ampe pertengkaran tidak luput di tahap pertama zaman putih abu-abu. Kerjasama yang sukses d yel-yel MOS, HUT, folksong,dan Pegas membuat kelas lain tidak meremehkan kami meski kami terkenal berandal dan tidak peduli terhadap tugas. Kami yang rame, susah di atur, celometan, dan masih banyak lagi yang membuat banyak guru jengkel dan harus memiliki hati baja jika ingin sukses mengajar di kelas kami. Kami yang jarang terlepas dari remidi ulangan pun menjadi hal baru dalam kehidupan kami. Adanya cinlok antara kami hingga pertengkaran dan adu mulut tak kan pernah kami lupakan. G akan ada lg saat dimana guru2 marah gara2 kenakalan kita,g da lg guru marah gara2 kita g tw, telat masuk kelas,nyontek pas ulangan. G kan ke kantin bareng lagi, ketawa2 bareng, bercanda bareng, marahan bareng, sok egois, ancur2n bareng,suasana kelas yg ngalahin pasar (rame bgtz).

Kini semuanya telah berakhir, tahap pertama zaman putih abu-abu telah kami lewati dengan baik. Semua kejadian baik pahit, manis, suka, duka kini hanya dapat kami kenang. Namun Ramierez tetaplah dihati, beranggotakan 21 laki-laki dan 11 perempuan membuat kami dikenal oleh seluruh warga SMAN 1 Pamekasan. Karena Ramierez, we are the one, we are the best. Billahi sengkah!!!!! :D

  1. Rafi, ketua kelasku. nggak akan ada lagi musyawarah sambil nari-nari.. L km punya hutang busur ke aku :D
  2. Aifa, teman curhatku, teman sebangkuku. Terlalu banyak cerita, candaan, dan rahasia yang kita sampaikan.G akan ada lg yg nyatetin kalo aku lg males nyatet, g kan ada yg nulisin lg kalo tulisan dipapan g kelihatan.. L
  3. Alex, teman tengkarku. Teman yang selalu aku mintain jawaban kalo aku g tw.. teman yang g pernah akur ma aku.. Kangen di gosipin lg :D Hm… maafin aku aja deh.. L kangen tengkar lagi..
  4. Andjar, teman yang bisa d mintain tolong download video bulutangkis. Ga akan ada teman bwt ngomongin bola lg.. Makacih bwt videonya selama nie L km punya hutang video Olimpiade Beijijng 2008, set ke-2 n ke-3 final ganda putra :D
  5. Andri, Hayom-ku. G akan da yang bisa aku ledekin kalo Hayom kalah, g akan da yang muterin lagu dangdut lagi d kelas.. L
  6. Ardi, kacong-ku. G akan ada traktiran lagi, g akan ada titip jajan lagi, g akan da dengerin musik bareng lagi, g kan ada yg ngajarin logika lagi, g kan ada pertengkaran GJ lg L
  7. Dani, teman yang selalu kasih rahasia terselubung. Kalo punya rahasia jangan lupa kasih tw aku lg ya? :D
  8. Milky, temanku yang selalu bilang “mkch,Deb”.. nggak akan da yang cerewet bilang makacih k aku meski aku udah bilang “y” berkali2,g da lg yg ngajarin aku matematika L
  9. Gilang, akang-ku. G bakal ada lg yg minta panggilan khusus, g kan ada lagi yg protes k guru ampe guling2 d lantai, g kan ada lg yg kritis kalo lg musyawarah,g akan ada lg yg ngaku2 jadi idolaku, g day g lebay lg  L
  10. Izhar, teman yang selalu menggodaku. G da lg yg bilang “yo semangat yo”, g da lg yang bilang “A*exku” lg k aku.. :D
  11. Wita, Bebz-ku. Temanku yang aku bantuin jadian ma kakak kelas, ampe tengkar lg,hamper d labrak pula,mkch gantungannya,Bebz.. L
  12. Kevin, teman yang selalu nambuh aku. G akan ada lg yg nambuh aku, kalo d dekatku ada Kenyem, disitulah aku d tambuh.. sakit tapi kangen kalo g da yg nambuh lg L mkch dh anterin pulang d hari terkhir Pegas..
  13. Reni, teman sekelasku. G da yang kasih contekan kalo da PR lagi Good luck ya d sekolah yang baru :D
  14. Luki, mz-ku. G da yang main bis-bisan lg d kelas, g da yang terobsesi jadi kakak kelas lg, g da yang lebay lg, g da yang GJ lg, g da yg sok bijak lg kalo lg ngomong L
  15. Dodo’, teman sekelasku. Makacih dh rela-relain jemput anak2 yg nari n nyanyi pas Pegas, meski aku ghita’ turun Dodo’ la mangkat :D
  16. Alan, teman mesom-ku. Ckckck g tw mw bilang apa, si misterius n aneh. Tp tetep temanku kok L
  17. Erwin, ndut-ku. G ada yg aku panggil ndut, g ada yg titip teh lg k kantin, g da yg ngasih tw aku pelajaran Pascal, g da yg traktir aku,g da yg aku mintain tolong lg  L
  18. Darma, ayah-ku. G da yg sok g denger pas aku panggil, g da yang aku goda ma I*as lg :D
  19. Rifky, Kapten-ku. G da yg punya ide cemerlang lg pas Pegas, g da yg baik hati nge-handle tugas, g da kapten futsal lg, g da yg punya ketawa yg keras lg, g da yang mw bantuin aku bwt stiker.. L jgn lupa ajarin aku Corel.. J
  20. Putra, cin-ku. Si GJ, lucu, pinter, sie publikasi yg sukses sepanjang tahap pertama zaman putih abu-abu, g da yang mau ngelucu lg, g da yang lebay lg L
  21. Aldi, teman curhatku. G da yg nyemangatin aku lg, g da yang mw nyanyiin lagu Avril lg, g da yang ngedesain baju lg, g da yg mau bantuin aku gambar lg, g day g mw menggodaku lg L
  22. Ria, nenek-ku. G ada lagi yg bakal nyemangatin n bilang “perjuangkan terus cintamu,Deb!” L , g da yang kasih informasi tentang mbuak *na lg, g da yang polos lg, g da yang ceplas-ceplos lagi, g da yang nyelet kalo ngomong :D
  23. Rizqin, teman yang selalu aku goda. G da yang aku goda lg, “hi,Qin!” :D g da yang bantuin aku d pelajaran fisika, kimia n Pkn lg, g da si misterius tp GJ L
  24. Ichod, teman sekelasku sejak kelas 7 SMP. G ada photographer lg L
  25. Selvi, temanku yang punya suara keeeraaassss. G ada yang bilang pake penekanan yang bikin aku, Yogie n Raka ngakak lg. “Khalor” :D kejadian pas d kelitik d Ruang Kesenian takkan terlupa “aku g pake d**e*an” :D g da teman yg mudah nangis lagi L
  26. Ephen, temanku yang sempet naksir ma “mz Dendam Kesumat”. Si selir :D aku suka kata2 nya yang “Selir pasti Berjaya”.. L
  27. Shelly, temanku yang selalu rusuh. Dimana ada Shelly disitu ada kerusuhan. Tapi pas g ada yang kasih gantungan kunci lagi, g da teman yg punya hape Tourch lg.. L Awas le Shel kamu punya janji gantungan kunci k aku..
  28. Nina, Ninud-ku. Hahaha inget pas memperjuangkan dia balikan lg ma adekku, ampe nangis2. tapi gagal. G da yg ngajarin aku nari lagi,g day g mw ngajarin aku kimia lg.. L
  29. Yogi, adek-ku. Inget pas curhat cinta, inget yang berusaha menemukan cinta baru. G ada yang menggila lagi, g da yang mau ngelucu lagi, ga ada yang GJ lagi, g da yg mw konser tunggal alias nyanyi lagi.. L
  30. Raka, mz Aka-ku. Dari semester 1 selalu tugas punya hubungan ma mz Aka,slalu kelompoka ma mz Aka. G da teman yg aku bantuin ngerjain tugas lg, g  da yang bisa aku ajak ghejek lg, g da yg bisa aku goda ma “cinta” lg.. L
  31. Zuha, soulmate-ku. G da yang mau di ajak cerita bulutangkis lagi, g ada yang mau aku ledekin lg, g da Zulan lg, g ada mz Dendam Kesumat lg, g ada mz yang jhubek lg, g da ko Momon n kak Marmar lg, g da yang manas2i aku ma video Young Dae n Shuli lg, ga ada teman debatku lg, g ada yang mau aku jodoh2in ma Jojo, n masih banyak lagi L


Aku sayang kalian eeee… :’(
besok kita sudah berpisah,g satu kelas lagi,g bareng2 lg..
kalo aku nyapa d jawab ya eee :')

Read More..

Rabu, 04 April 2012

SEMANGKA!!!


Sunday, 22 January 2012

Suatu siang yang terik, terdapat dua orang sahabat sedang berjalan pulang dari sekolah. Kedua anak itu bernama Jona dan Jeka. Jona berperawakan lebih cuek dan dingin, dan berbanding terbalik dengan sahabatnya,  Jeka, yang lebih supel dan sangat senang tertawa.
Saat perjalanan pulang, Jona menanyakan pada Jeka tentang perkembangan bulutangkis yang akhir-akhir ini mulai merosot, kebetulan Jeka adalah penggemar berat bulutangkis dan merupakan atlet lokal di daerahnya.
“Jek, menurut loe bulutangkis di Indonesia itu gimana sich? “, Tanya Jona.
“Menurut gue sekarang Indonesia lagi krisis pemain handal. Lagian masak cuma anak Pelatnas aja yang di pikirin. Emang di daerah lain nggak ada yang sehebat mereka yang ada di Pelatnas?”, Timpal Jeka.
“Memangnya ada gitu pemain yang lebih hebat dari atlet Pelatnas? Kayaknya nggak ada deh, Jek!”, ujar Jona.
“Loe ini gimana sich, Jon. Loe udah lama sahabatan sama gue, masak nggak tau tentang atlet daerah yang hebat?”, Ujar Jeka.
“Emang loe pernah cerita gitu ke gue kalau ada pemain dari daerah kita yang hebat? Kayaknya nggak pernah deh?”, jawab Jona.
“Wah… Parah loe, Jon! Gue ini kan sudah lama gabung klub bulutangkis di daerah kita, dan yang gue maksud atlit yang hebat dari daerah kita itu ya GUE! Gue kan the next Lee Chong Wei. Hahahaha” , jawab Jeka tegas.
“Hu... gue kira siapa! Eh, ternyata atlet lokal tanpa gelar!”, ujar Jona.
“Tenang… Tenang… gue akan berusaha pas seleksi Pelatnas minggu depan!”, jawab Jeka.
“Terserahlah! Loe ini emang rada aneh!”, jawab Jona.
Dan pada perempatan jalan mereka berpisah.
* * *
Sore harinya.
“Jon, loe ntar malem ada acara nggak? Jalan yuk… Sekalian cuci mata gitu!”, sahut Jeka di seberang telefon.
“Ha… Apa?... Nggak ah… Aku lagi males. Lagian gue lagi kanker nie, Jek!”, jawab Jona rada linglung karena baru bangun tidur.
“Eits… Tumbenan loe nolak tawaran gue?! Ayolah, Jek! Masak iya sich loe betah tiap hari lihat cewek yang itu-itu aja di sekolah?”, Tanya Jeka.
“Gue ini bukan loe kali! Lagian biasanya kan loe tiap malem minggu latihan. Kok sekarang nggak? Katanya mau jadi yang lebih hebat dari anak-anak yang ada di Pelatnas?”, Tanya Jona.
“Ya… Untuk satnite kali ini gue lagi males latihan! Males kalau tiap malem minggu latihan!”, jawab Jeka.
“Entar kalau ditanya Pak Sahi di sekolah? Loe mau jawab apa?”, Tanya Jona.
“Ya… Bilang ajak di ajak Jona keluar! Hahahaha”, jawab Jeka.
“Enak banget! Nggak ah… Gue nggak mau!”, ujar Jona marah.
“Hahahaha Santai, Jon. Gue yang mau nanggung. Gue nggak akan bawa-bawa nama loe deh”, jawab Jeka.
“Jangan Cuma janji, Jek. Janji traktir bakso aja nggak pernah di tepati. Jadi nggak yakin!”, jawab Jona.
“Berapa tahun sich kita sahabatan? Masak loe nggak percaya-percaya sama gue? Oke? Loe jemput gue ya?”, ujar Jeka.
“Busyet!!! Parah… Loe yang ngajak, biasanya loe yang jemput”, timpal Jona gusar.
“Gue janji deh, Jon. Entar kalau gue lulus seleksi Pelatnas, gue ganti uang bensin loe plus gue traktir loe makan!”, yakin Jeka.
“Ya… Kalau lulus? Kalau nggak?”, tanya Jona ragu.
“Mangkanya loe do’ain gue, biar gue lulus terus bisa ganti bensin loe. Hahaha!”, jawab Jeka.
“Terserahlah… Ya sudah, gue mau mandi dulu. Gara-gara loe nih!”, ujar Jona.
“Ya… Cepat deh loe mandi. Eh, jangan lupa loe do’ain gue biar lulus seleksi. Oke?”, ujar Jeka.
“Dasar… Sableng loe, Jek!”, jawab Jona seraya menutup telefon.
* * *
Malam harinya di rumah Jeka.
“Permisi... Jeka... Jeka...”, teriak Jona.
“Eh… Kak Jona. Silahkan duduk, kak. Cari siapa?”, Tanya adik Jeka yang di ketahui bernama Zua.
“Jeka-nya ada, dek? Tadi sudah janji mau pergi”, jawab Jona.
“Ah… Kak Jona jangan bohong. Masak mau  ketemu aku aja pake alasan cari kak Jeka segala. Langsung bilang aja, kak. Zua nggak punya cowok kok, kak!”, cerocos Zua.
Jona hanya tersenyum dan berkata dalam hati. “Wah… Parah nih cewek! Lebih parah dari Jeka!”.
“Ngapain sich kak pake senyum segala. Aku jadi GR nie”, ujar Zua.
Jona hanya diam dan hanya mengernyitkan dahi. Lalu tiba-tiba Jeka datang. “Jon, loe udah datang dari tadi? Kok nggak bilang-bilang sich”, Tanya Jeka.
”Owh jadi bener mau pergi ma kakak? Tadi kak Jona bilang mau cari kak Jeka, tapi aku kira pasti cuma alasan buat ketemu sama aku!”, jawab Zua.
“Jon… Jon… Anak SMP aja loe mau!”, ejek Jeka.
“Ya udah, ayo berangkat!”, ajak Jona sinis.
“Ayo… Dari tadi gitu!”, jawab Jeka senang.
“Hm… Dek, entar kalau Mama sama Papa tanya, bilang aja kakak lagi beli raket sama kak Jona!” ujar Jeka pada Zua.
”Oke, kak. Sekalian aku mau bilang ke Mama kalau kak Jona juga sempat nyariin aku”, jawab Zua sambil nyengir kuda.
“Ya… Terserah kamulah! Cepat masuk!”, ujar Jeka lagi.
“Dasar… Kakak sama adek nggak ada bedanya ya? Sama-sama narsis dan PD-nya tinggi banget!” sahut Jona setengah berbisik.
“Ya… Itulah, Jon. Keluarga yang unik tapi bahagia. Hahahaha”, jawab Jeka.
Setelah itu mereka berangkat dan berkeliling kota guna menghabiskan malam minggu. Pukul 22.30 WIB mereka pulang, tapi sebelumnya Jona harus mengantarkan Jeka terlebih dahulu.
“Makasih, Jon. Loe memang sahabat paling baik. Gue janji deh, lulus seleksi Pelatnas”, ujar Jeka mantap.
“Heh… Usaha dan buktikan. Latihan aja nggak. Mana bisa masuk Pelatnas. Buktinya jadi nggak ada deh”, ujar Jona.
“Tenang, Jon. Ini keyakinan dari hati. Gue janji akan berusaha sekuat tenaga dan kalo gue menang, gue bakal kasih sureprice buat loe! Loe tunggu aja! Oke?”, jelas Jeka.
“Gue tunggu janji loe, Jek!”, jawab Jona.
“Peganglah janji gue, Jon. Pasti gue tepati!”, ujar Jeka.
“Ya sudah… Gue pulang dulu ya! Salam deh ke Mama dan Papa loe yah!”, ujar Jona.
“Ok… Hati-hati, Jon. Jangan lupa dukung gue pas seleksi Pelatnas minggu depan!”, teriak Jeka.
“Sip… Tenang aja. Bye, Jek!”, sahut Jona.
“Makasih… Hati-hati ya, Jon!”, ujar Jeka lagi.
* * *
Seminggu telah berlalu dan seleksi Pelatnas pun dimulai. Jona yang berjanji akan menyaksikan pertandingan Jeka belum juga datang. Hingga akhirnya pertandingan Jeka akan dimulai, Jona tetap tidak muncul. Perasaan kecewa menggelayuti hati Jeka. Tapi dia bertekad akan bermain bagus dan percaya bahwa Jona akan datang menyaksikan pertandingannya.
Di dalam GOR tampak keluarga Jeka sudah siap menyemangati Jeka. Mereka membawa tetabuhan untuk menyemangati Jeka. Zua pun menyisakan satu bangku di sampingnya untuk Jona. Tapi hingga pertandingan berjalan, Jona tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Pertandingan pun dimulai. Tanpa di duga Jeka menang dalam R1, R2, Quarter Finals, dan Semifinals. Dan tinggal selangkah lagi Jeka akan lulus seleksi Pelatnas. Jika Jeka berhasil memenangkan pertandingan di babak final, maka dia akan berangkat ke Jakarta mewakili daerahnya.
“Hore bentar lagi, kak! Sedikit lagi kakak bakal ke Jakarta! Jadi atlet! Ketemu koko Simon Santoso dan atlet lainnya, kak!”, ujar Zua senang tapi Jeka tidak menghiraukan Zua karena Jeka sedang berfikir dimana Jona sekarang. Kenapa hingga detik itu juga Jona belum datang.
“Haduh... Si Jona kemana sich? Kok nggak dateng-dateng! Bentar lagi kan final, terus kalo gue menang, gue bakal kasih sureprice ke siapa? Dia-nya aja nggak dateng!”, gerutu Jeka.
“Oh iya, kak. Nih ada sms dari kak Jona. Belum aku baca kok!”, ujar Zua sambil menyerahkan hape Jeka.

Dari : Jona
Jek, m”f yah gw g bs dtng. Good luck ja bwt loe ^^

Begitulah isi sms Jona untuk Jeka. “Apa-apaan nih si Jona! Padahal gue berjuang juga buat dia! Tapi dia malah nggak ngehargain gue!”, gerutu Jeka lagi.
“Jek, tuh udah di panggil. Kesana gih! Semangat ya, Jek!!!”, ujar Mamanya menyemangati Jeka.
                    * * *
Babak final pun akan dimulai. Sedangkan Jona tidak kunjung datang. Jeka melihat ke seluruh tribun penonton. Berharap Jona terselip di antara penonton. Tapi nihil. Namun Jeka yakin bahwa Jona akan datang, sebentar lagi.
Pertandingan akan segera di mulai. Lawan Jeka kali ini adalah Donny Pranata dari klub kuat yaitu Tangkis. Pada awal pertandingan, Jeka sedikit susah melayani permainan Donny. Donny sempat memimpin 12-6 dan menutup set pertama dengan skor 21-11. Pada set ke-2, Jeka nampaknya sudah dapat sedikit membaca permainan Donny. Terjadi kejar-kejaran angka dalam set ke-2. Ketika skor 19-19, terjadi reli-reli panjang yang menguras tenaga Donny dan Jeka. Tampaknya baik Donny maupun Jeka tidak ada yang mau mengalah, hingga mecapai skor 22-22. Namun dengan konsentrasi tinggi dan disiplin, Jeka berhasil mengakhiri set ke-2 dengan skor 28-26.
Memasuki set ke-3, Jeka tampak kelelahan. Begitu juga dengan Donny. Memasuki awal set-3, persaingan sangat ketat. Terjadi kejar-kejaran angka dari skor 6-6, 7-7, 8-8, dan Donny berhasil mencapai angka 11 lebih awal. Kondisi Jeka semakin tertekan, namun dia berusaha tenang dan tetap optimis. Setelah turun minum selama 2 menit, pertandingan di lanjutkan kembali. Donny yang memimpin 3 angka bermain lebih tenang, sedangkan Jeka sering membuat kesalahan sendiri yang membuatnya tertinggal 18-11. Namun karena factor kelelahan, konsentrasi dan kedisplinan yang di alami Donny yang sedikit turun, sehingga skornya dapat di susul Jeka. Skor imbang 18-18. Donny mencoba bangkit dengan menambah satu angka 19-18. Tetapi Jeka tidak pantang menyerah, dan dengan usaha yang gigih, Jeka dapat mengakhiri perjuangan Donny dengan skor 21-19. Dan akhirnya Jeka berhasil menjadi juara dan lulus seleksi Pelatnas serta akan menjalani pembinaan di markas Besar PBSI di Cipayung, Jakarta.
Sontak GOR menjadi bergemuruh. Semua penonton suka cita atas kemenangan Jeka. Zua dan orang tuanya berteriak dan melompat bahagia atas kemenangan Jeka.
Namun kebahagiaan tidak terlukis di wajah Jeka. Jeka masih mencari dan menanti kehadiran Jona. Hingga pertandingan berahkhir, Jona tidak datang. “Loe kemana sich, Jon?! Gue menang! Gue bakal jadi atlet! Ayo cepet dateng, Jon! Gue mau kasih kejutan buat loe!”, gumam Jeka dalam hati.
Pada saat prosesi pemberian hadiah, pembawa acara membacakan satu per satu juara seleksi Pelatnas tersebut. “Untuk juara tunggal putri, Afifah Lulu’ dari klub Sagas. Juara ganda putra, Irwanto Yogie dan Raka Yudha dari klub Ramierez. Juara ganda campuran adalah Deby Rihar dan Rizal Astaman dari klub Zalbie. Juara ganda putri dari klub Gynery adalah Ririn Martini dan Dinda Claudia. Serta juara tunggal putra yaitu Jeka Wiratama dari klub Jojekazu”, ujar pembawa acara dengan semangat.
“Mbak, boleh pinjam mik-nya?”, tanya Jeka.
“Oh iya silahkan, mas!”, jawab sang pembawa acara.
“Selamat sore semuanya. Hari ini saya sangat bahagia dengan kemenangan saya. Saya bahagia bahwa cita-cita saya untuk menjadi atlet akan segera terwujud. Namun detik ini, kebahagiaan itu terasa menguap begitu saja. Salah satu alasan saya ingin menang adalah ingin membuktikan pada sahabat saya. Tapi saya tidak tahu mengapa sampai detik saya tidak melihat kedatangannya. Saya yakin meski saya tidak melihat kedatangannya, tapi dia pasti mendengar kata-kata saya ini. Hanya satu yang ingin saya katakan untuk dia, Kemenangan ini buat loe, Jon! Buat loe, Jonatan Christie! Gue yakin loe denger gue!”. Setelah itu Jeka keluar dari GOR. Dan memilih untuk sendiri.
                    * * *
“Sudahlah, Jek. Jona pasti punya alasan sendiri untuk tidak datang hari ini. Mama yakin meski tidak datang, dia pasti doain kamu.”, ujar Mama menenangkan Jeka.
“Jeka ngerti, Ma. Tapi Jona nggak kasih tahu kenapa nggak bisa datang! Itu yang Jeka kecewain, Ma!”, jawab Jeka marah.
“Kalian kan udah sahabatan lama. Menurut Mama, Jona nggak pernah kan ninggalin kamu? Cuma sekali kok di tinggal ma Jona. Udah deh, Jek. Percaya sama Jona!”, ujar Mamanya lagi.
“Permisi, Bu. Ini loh tadi ada kiriman buat mas Jeka. Berhubung tadi nggak ada orang, jadi di titipin ke saya.”, ujar tetangga Jeka sambil menyerahkan kiriman kepada Mama Jeka.
“Makasih ya, Bu. Hm... Buat kamu nih, Jek!”, tukas Mama.
“Dari siapa, Ma?”, tanya Jeka.
“Nggak tau! Nih! Mama masuk dulu ya, Jek! Jangan sedih terus!”, ujar Mamanya sambil menepuk bahu Jeka pelan dan masuk ke dalam rumah.
“Ha? Raket? Dari siapa nih? Nggak ada nama pengirimnya. Hm... lumayan gue bawa ke Jakarta besok. Hahaha” ujar Jeka sambil menenteng raket itu ke dalam rumah.
                    * * *      
“Jek, tadi pagi-pagi banget Jona nelfon!”, ujar Mama.
“Jona?! Bilang apa dia, Ma?! Kok nggak bilang aku sich, Ma!”, cerocos Jeka kaget.
“Kamunya masih tidur. Kata Jona, dia minta maaf nggak bisa anter kamu hari ini!”, terang Mama.
“Nggak bisa nganter juga? Mama nggak tanya kenapa?”, tanya Jeka sedih.
“Aduh maaf ya, sayang. Mama lupa. Lagian tadi dia juga buru-buru. Udah bilang gitu langsung di putus telfonnya. Lagi ada urusan mungkin!”, ujar Mama.
“Urusan apa sich? Sibuk apa sich dia?! Sok banget! Nggak tau apa kalo sahabatnya bakal pergi?!”, ucap Jeka marah sambil masuk kamar dan membanting pintu kamarnya.
“Jeka.......”, Mama pun hanya bisa geleng-geleng kepala atas apa yang terjadi antara Jeka dan Jona.
                    * * *           
Saat keberangkatan Jeka ke Jakarta, semua keluarga Jeka mengantarkan Jeka. Mama tidak henti-hentinya menasehati Jeka agar tetap disiplin selama jauh dari orangtua. Jeka pun hanya mengiyakan saja perkataan Mamanya. Hingga akhirnya Jeka pun berangkat ke Jakarta. Jeka langsung mencium tangan Papa dan Mamanya sebelum pergi. Jeka pun tak lupa menasehati adiknya agar tidak nakal dan harus patuh pada perintah Mama dan Papa, dan tak lupa mencium kening adik kesayangannya itu.
Bus Jeka pun berangkat dan meninggalkan Papa, Mama, Adik, dan semua kenangan Jeka. Jeka sempat menangis ketika melihat lambaian tangan Mamanya. Jeka bertekad akan membanggakan Mama dan Papanya. Tiba-tiba handphone Jeka berbunyi.

Dari : Jona
Slmt jlan ya,jek. Smoga slmt smpe tujuan. God bless you ^^

Setelah membaca sms itu, Jeka langsung menelfon Jona. Namun tidak jua di angkat oleh Jona. Karena merasa jengkel, Jeka mengirim sms ancaman pada Jona. Kalo loe g angkat tlfn gw,anggap Qt bkn shbt!
Dan akhirnya Jona mau mengangkat telfon Jeka. Langsung saja Jeka memarahi Jona. Tanpa memberi kesempatan Jona berbicara.
“Loe tau gue udah usaha mati-matian buat menang, demi loe, Jon! Demi loe!”, hardik Jeka.
“Maafin gue, Jek. Sebenernya gue mau datang. Tapi keadaan gue nggak memungkinkan!”, jawab Jona pelan.
“Nggak memungkinkan apa? Loe punya alasan apa nggak datang?”, ucap Jeka marah.
“Jek, minggu lalu gue kecelakaan! Pas gue pulang dari rumah loe pas kita malmingan! Kaki gue patah! Jalan aja gue susah! Gue ngeliat kok pertandingan loe! Papa gue ngerekam pertandingan loe dari awal sampai final. Sampai loe ngucapin kejutan itu. Gue terkejut, Jek! Setelah gue liat rekaman itu, gue pengen nyamperin loe! Gue pengen meluk loe and ngucapin makasih ke loe! Tapi gue nggak bisa, Jek! Gue nggak bisa jalan!”, terang Jona sambil menangis.
“Aaaappa?? Kecelakaan? Kaki loe patah? Pulang malmingan sama gue? Kenapa loe nggak cerita ke gue, Jon?! Kenapa?”, tanya Jeka sedih.
“Gue nggak mau buat konsentrasi loe buyar! Gue pengen loe menang! Gue pengen loe menang buat gue! Dan gue harap raket pemberian gue bisa membuat loe jadi atlet hebat!”, ujar Jona lagi.
“Jadi ini raket dari loe? Maafin gue ya, Jon. Gue udah salah ngenilai loe. Maafin gue juga udah buat loe kayak gitu. Coba aja gue nurutin mau loe untuk nggak pergi malmingan, mungkin ini nggak terjadi,”, ujar Jeka pelan. Suara Jeka bergetar menahan tangis. Air mata Jeka keluar tanpa terkendali. Jeka merasa bersalah pada Jona.
“Nggak apa-apa kok, Jek. Loe semangat yah disana. Jaga kesehatan, jangan keluyuran terus! Latihan yang bener!”, nasehat Jona.
“Iya, Jon. Gue bakal jadi atlet hebat. Biar loe bangga sama gue! Makasih ya, Jon. Dengan raket loe ini, gue pasti akan jadi atlet hebat!”, ujar Jeka lagi.
“Yaudah, gue mau check-up dulu ya, Jek. Kapan-kapan sambung lagi. Bye, Jek! SEMANGKA! Semangat Jeka!”, ujar Jona seraya menutup telfon.
“SEMANGJO! Semangat Jona! Cepet sembuh yah! Gue bakal buat loe bangga, Jon!”, ujar Jeka dalam hati seraya menatap raket pemberian Jona.
Setelah itu Jeka memulai karirnya sebagai atlet di markas besar PBSI dengan membawa misi membuat bangga Papa, Mama, Zua, dan juga Jona!

END
Read More..

“Loh? Kok Loe?!”

 Saturday, 21 January 2012

Disebuah komplek perumahan mewah di Jakarta, tinggallah sebuah keluarga yang bermarga Haryanto. Tuan Haryanto memiliki dua orang anak yang bernama Wulandari Haryanto dan Jonatan Haryanto. Landa dan Natan, panggilan akrab mereka, sekarang menimba ilmu di salah satu universitas ternama di Jakarta. Mereka berdua sama-sama gila tehnologi.
    “Tan, like status gue gih!”, ujar Landa tiba-tiba.
    “Permisi dulu donk kalo masuk kamar orang!” jawab Natan sinis.
    “Iya iya maaf. Cepetan like status gue!” ujar Landa lagi.
    “Loe kagak liat gue lagi ngapain?! Bentar napa sich?!” jawab Natan lagi.
    ”Sinis banget sich loe ke gue?” tanya Landa.
    ”Lagian loe tau sendiri kan gue lagi main games?! Lagian fb gue di hack orang, jadi nggak bisa like status loe!” jawab Natan.
    ”Bilang gitu dari tadi! Huh!” jawab Landa seraya melempar bantal ke kepala Natan.
    ”Lagian loe kagak tanya juga!” jawab Natan.
    ”Buat lagi, terus like status gue! Semuanya! Oke?!” ujar Landa.
    “Iya iya bentar lagi. Udah sana-sana!” jawab Natan.
    Setelah hampir sejam bermain games, akhirnya Natan memutuskan untuk berhenti. Dia lalu tidur-tiduran. ”Hm... tumben kagak ada yang sms n BBM gue! Gini nih efek samping jomblo!”, ujar Natan dalam hati.
    Lalu Natan memutuskan untuk tidur. Tapi Natan selalu gagal untuk terlelap. Setelah berputar kanan-kiri dan tetap saja tidak bisa tidur, akhirnya Natan memutuskan untuk berselancar di dunia maya.
    ”Eh, fb gue kan kena hack. Terus ngapain gue ol? Haduh... Gimana nih? Hm... Alah buat akun fb baru aja dah!”. Setelah itu Natan membuat akun facebook baru. Lalu Natan mulai menge-add teman-teman facebook-nya di akun facebook-nya yang lama. Setelah dikira cukup, Natan akhirnya me-log out akunnya dan tidur.
    * * *
    Keesokan harinya di kampus. Natan sedang mendengarkan musik sambil menunggu mobil jemputannya. Tiba-tiba temannya, Wira, menghampirinya. ”Woi, Tan. Sendirian aja nih!”, teriak Wira.
    ”Iya nih, Wir. Lagi nunggu mobil jemputan.”, jawab Natan.
    ”Tumben nggak bawa sendiri?” tanya Wira.
    ”Masuk bengkel, bro. Di service gitu deh.” Jawab Natan.
    “Eh punya fb 2 yah? Yang lama kenapa?” tanya Wira lagi.
    ”Yang lama di hack, bro. Buat lagi deh. Dah di confirm?”, terang Natan.
    ”Udah kok! Jonatan Wiratama kan? Kok bukan Jonatan Haryanto?!” jawab Wira.
    ”Iya. Ntar kalo pake nama Jonatan Haryanto, di hack lagi. Eh, bro. Punya temen cewek nggak? Kenalin donk! Jomblo nie!”, ujar Natan.
    ”Ada. Anak sini kok! Nama fb-nya hm.... Airial Azizan. Add aja. Baik kok orangnya!”, terang Wira.
    ”Airial Azizan? Oke ntar gue add dia! Eh gue cabut dulu ya, bro! Udah di jemput tuh! Bye!”, ungkap Natan.
    “Siph… Hati-hati, bro.” jawab Wira.
        * * *
    Sesampainya di rumah, Natan langsung mengambil laptop dan langsung online. Natan langsung mencari akun facebook “Airial Azizan”. Lalu Natan langsung menge-add dia.
    “Namanya Airial Azizan. Baru denger gue. Kuliah di Universitas yang sama kayak gue, tapi wah….dia senior gue ternyata. Hm…. Nggak apa-apalah. Yah… dikit banget sich infonya. Photonya di private pula. Tapi kalo di liat dari PP-nya, hm…cantik! Lumayan! Hahahaha”.
    Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. “Sapa?”, tanya Natan.
    “Gue! Yang mau makan tuh kata mami. Cepetan turun, dah laper gue!’, ujar Landa dari balik pintu.
    ”Iya iya bentar lagi. Nanggung nih!”, jawab Natan.
    ”Lagi ngapain sich loe?! Cepetan deh!”, ujar Landa.
    ”Iya iya bentar. Kenapa sich kalo makan duluan?!”, geram Natan sambil me-log out akunnya dan mematikan laptopnya. Lalu segera bergegas menuju ruang makan.
    Sesampainya di ruang makan Natan malah mendapat nasehat gratis dari Papi-nya. ”Natan, ol terus kerjaannya. Ampe lupa makan!”.
    ”Tauk tuh, Pi. Marahin aja. Fb-an n twitter-an terus kerjaannya. Kalo nggak itu, ya BBM-an!”, ujar Landa.
    “Eh loe ngapain sich ikut-ikut ajah? Sudah makan sana!”, balas Natan.
    ”Biarin. Ol terus tapi nggak pernah nge-like status gue!”, ujar Landa lagi.
    ”Udah udah. Makannya terusin. Tengkarnya lanjut nanti!”, tegas Mami.
    * * *
    Siang itu Natan lagi-lagi sedang menunggu mobil jemputannya datang. Karena merasa kesepian dan bosan mendengarkan musik, Natan pun memilih untuk membuka akun facebook-nya.
    ”Kira-kira udah di confirm belum yah? Wow!!! Udah ternyata! Hahaha asyik asyik hm...mau nge-wall ah! Tapi mau nge-wall apa yah? Bilang makasih aja kali yah? Hm... Ato ngajak kenalan? Haduh apaan yah? Nah! Bilang makasih terus ngajak kenalan aja. Hahaha bener tuh!”, gumam Natan sambil mengetik.
    Tin Tin Tin........... Ternyata mobil jemputan Natan datang dan memaksa Natan menutup akunnya kembali. “Hm... gue pengen tau reaksi dia gimana”, gumam Natan sambil menenteng tasnya menuju mobil.
    * * *
    Setelah mandi dan makan siang, Natan kembali berkutat dengan laptopnya sambil mengutak-atik fb barunya. Awalnya dia mengecek “notification”-nya. Setelah itu Natan mengecek “friends request”-nya, lumayan banyak teman-teman yang menge-add akun facebook Natan yang baru. Tiba-tiba saat sedang asyik meng-confirm, ada satu pemberitahuan. Airial Azizan posted something on your wall. Seketika itu juga Natan langsung membuka “Profil”-nya.
    “Hi juga Jonatan. Salam kenal yah ^^” begitulah isi wall dari Airial Azizan. Lalu saat itu juga Natan membalas wall Airial Azizan. “Nice to know you, Airial. Oya, gue panggil siapa ni?”. Tak lama berselang Airial  mengirim wall pada Natan, “panggil aja Airi. Loe? Natan?”. Tak mau berlama-lama, Natan langsung membalas wall Airi, “bukan Natan. Panggil aja JO! Oke?!”. Dan begitulah seterusnya. Natan dan Airi tampak asyik bercengkrama di dunia maya. Senja pun datang, Natan tampaknya sudah berpamitan pada Airi untuk off dan memutuskan untuk mandi.
    ”Oke. Untuk hari ini, perjuangan mendekati Airi cukup. Lanjut besok! Hahay!!!”, ujar Natan sambil menuju kamar mandi.
    * * *
    ”Tan, loe udah buat fb baru nggak sich?”, tanya Landa saat perjalanan menuju kampus. Kebetulan saat itu Natan menumpang mobil Landa.
    ”Udah buat. Tapi belom nge-add loe! Hahaha iya ntar deh!”, jawab Natan sambil nyengir kuda.
    ”Hu... Add ya terus langsung like semuanya!”, pinta Landa.
    ”Iya iya. Statusnya nggak jelas gitu tapi minta like mulu!”, ujar Natan sambil mencibir.
    ”Biarin! Bukan urusan loe! Udah sana turun, gue mau parkir dulu!”, perintah Landa.
    ”Oke. Thanks ya, Lan!”, jawab Natan sambil keluar dari mobil. Lalu tiba-tiba Natan di cegat oleh Wira. “Bro, makin deket aja nie ma Airial!”.
    “Hahaha masih awal itu, Bro! Belum mengeluarkan amunisi nih!”, timpal Natan.
    ”Ntar kalo beneran jadian sama dia, jangan lupa sama jasa gue yah!”, terang Wira.
    ”Siap, bos. Eh gue masuk kelas dulu yah! Ada kelas nih!”, ujar Natan sambil ngeloyor pergi menuju kelasnya.
    * * *
    Sebelum pulang, Natan menyempatkan diri untuk mengisi perutnya di kantin kampus. Sambil melahap makanan pesanannya, Natan mengecek akun facebook-nya. Ternyata ada satu pemberitahuan bahwa Airi kembali menulis di wall-nya dan mengatakan saat itu juga dia sedang ada kelas di kampus. ”Wah... kesempatan nih! Gue samperin aja kali yah?”, gumam Natan.
    ”Mau nyamperin sapa, Tan? Airial? Kayaknya nggak bisa sekarang deh!”, ujar Wira yang tiba-tiba datang.
    ”Eh, Bro. Ngagetin gue aja loe! Kenapa kok nggak bisa?”, tanya Natan.
    ”Kakak loe dah nungguin tuh dari tadi!”, jelas Wira.
    ”Aduh iya! Lupa gue kalo hari ini gue numpang mobil dia! Hahaha thanks ya, Bro. Bye!!!”, terang Natan sambil lari menuju kakaknya yang sedang menunggu. Natan yakin sebentar lagi dia akan di marahi habis-habisan sama kakaknya. Dan faktanya, “Natan! Loe dari mana aja sich?! Gue udah nungguin loe setengah jam tauk! Jamuran gue nih!”, cerocos Landa.
    “Sory sory. Gue tadi lagi makan. Hehehe gue lupa kalo numpang sama loe, Lan. Lagian kenapa loe nggak nelfon gue sich? Pelit pulsa? Miscall aja nggak usah nelfon!”, balas Natan.
    “Hape gue lowbatt. Ayok cepetan masuk, udah mateng nih gue nungguin loe!”, ujar Landa lagi.
    “Oke, bos! Maaf yah? Janji deh nggak bakal ngulangi lagi!”, mohon Natan.
    “Emank mobil loe kapan sich yang kelar di service? Lama banget?!”, tanya Landa.
    ”Hm... lusa udah kelar kok. Ya tinggal 2 hari lagi gue numpang mobil loe, Lan!”, jawab Natan.
    ”Siapa bilang loe besok boleh numpang mobil gue lagi?!”, cercah Landa.
    ”Wah kejam amat sich loe ama adek sendiri, Lan?! Maaf deh. Iya gue janji bakal like semua status loe!”, mohon Natan.
    ”Alah paling ntar juga nggak di like!”, jawab Landa ketus.
    ”Janji deh di like. Oke oke? Besok boleh ya ikut lagi?!”, mohon Natan.
    ”Kalo loe nge-like status gue selama seminggu kemarin, loe boleh nebeng ke gue besok! Kalo nggak! Tau sendiri kan akibatnya!” ancam Landa.
    ”Siap, Bos!!!”, jawab Natan sambil memberi hormat.
    Sesampainya di rumah, Natan langsung menuju kamarnya. Tak henti-hentinya dia berkomat-kamit ”add Landa, like status! Add Landa, like status! Add Landa, like status!”. Karena kalo sampai Natan lagi-lagi lupa menge-like status fb Landa, maka akibatnya besok dia harus naik bus menuju kampus. Membayangkannya pun Natan tak sanggup.
    Tanpa ganti baju, tanpa menaruh tas, tanpa membuka sepatu, Natan langsung membuka laptop dan membuka akun facebook-.nya. Sebelum mencari akun Landa, Natan terlebih dahulu membuka ”notification”nya. Tampak pemberitahuan dari Airi. ”Bales dulu ah! Bentar lagi add Landa!”. Ternyata saat itu Airi sedang online juga. Terjadilah ”wall to wall” antara Natan dan Airi. Setelah 1 jam lebih berlalu, akhirnya Natan ingat bahwa dia harus ”add Landa, like status”.
”Hadeh hadeh... gawat nie kalo ampe lupa nge-add plus nge-like status Landa. Bisa naik roti tawar beroda gue besok ke kampus! Fiuh... Pencarian, Wulandari Haryanto! Ish?! Yang mana nie fb Landa? Banyak banget yang namanya Wulandari Haryanto. Pasaran nih nama Landa. Ckckck... Haduh yang mana nie fb si Landa?!”, Natan pun sibuk mencari fb Landa tetapi tidak di temukan. Hingga akhirnya muncul pemberitahuan dari Airi lagi.
Dan lagi-lagi Natan menunda pencarian akun Landa. Hingga akhirnya Natan memutuskan untuk berhenti online karena hari sudah malam serta Natan belum ganti baju dan mandi.
”Tauk ah cari besok aja fb Landa. Udah gue ubek-ubek masih aja nggak ketemu fb dia! Mandi dulu lah!”.
* * *
”Mi, Landa berangkat dulu yah!”, ujar Landa sambil mencium Maminya.
”Iya, Mi. Natan berangkat juga!”, ujar Natan sambil mencium Maminya berkali-kali.
”Eitzzz.... mau kemana loe?! Hush hush!!! Naik bus sana!”, tegur Landa.
”Aduh iya. Gue itu semalem udah cari fb loe tapi kagak ketemu-ketemu! Sumpah dah nggak bo’ong!”, jelas Natan.
”Maaf ya Natan sayang, alasan DI TOLAK!!!!”, tegas Landa.
”Beneran dah. Masak sich loe tega ngeliat adek loe nie naik bus? Bauk! Pengap! Panas pula!”, mohon Natan.
”protes DI TOLAK!!! Bye! Bye, Mi!”, terang Landa sambil menaiki mobilnya.
”Landa, kasihan tau adekmu. Sudah masuk mobil sana, Tan!”, perintah Mami.
”Tapi, Mi!!!”
”protes DI TOLAK!!!”, tegas Maminya sambil masuk ke rumah.
Setelah itu Natan masuk ke mobil Landa. Di jalan Landa tampak jengkel dan tidak berkata sepatah kata pun pada Natan. Natan pun memilih diam dan mendengarkan musik di hapenya.
* * *
Saat malam minggu. Natan memilih untuk tidak keluyuran kemana-mana. Niatnya sich mau online tapi dia memilih untuk menuju kamar Landa.
”Lan, lagi ngapain?”, tanya Natan.
”Ngapain loe kesini? Nggak liat gue lagi ngapain?”, jawab Landa sinis.
”Duh masih ngambek ya? Kata orang, tengkar lebih dari 3 hari itu dosa loh, Lan. Gue udah cari-cari kok fb loe, tapi kagak ketemu-ketemu. Sumpah!”, terang Natan.
”Iya iya. Terus apa maksud loe kesini?!”, tanya Landa judes.
”Gue mau tanya nih! Serius tapi!”, ujar Natan pelan.
”Serius? Tanya apaan?” tanya Landa tapi sesinis tadi.
”Gue udah boleh pacaran nggak sich, Lan?”  tanya Natan yang seketika membuat Landa kaget sekaget kagetnya.
”Ha? Ya terserah loe lah! Ngapain pake tanya-tanya segala?”, tanya Landa lagi.
”Soalnya gue mikir gini, seorang adek itu nggak boleh melangkahi kakaknya. Gitu!” terang Natan.
”Hm... Jadi itu alasan loe! Boleh kok loe ngelangkahi gue. Lagian Cuma pacaran juga, bukan nikah!”, jawab Landa.
”Sama aja kali, Lan. Oya, loe udah pacaran belom?”, tanya Natan.
”Gue? Belum tuh. Tapi kalo lagi deket ada!”, jawab Landa mantap.
”Serius? Mudah-mudahan tuh cowok cepet nembak loe terus loe jadian deh!”, jawab Natan.
”Eh? Kok gitu? Ngebet banget loe pengen pacaran! Kalo mau pacaran ya pacaran aja, Tan. Tapi awas ya cari cewek yang bener. And jadi cowok juga harus bener!”, nasihat Landa.
”Iya iya. Pokoknya ntar kalo loe udah jadian sama tuh cowok, cepet kasih tau gue yah!”, ujar Natan.
”Siph, Bos. Udah sana-sana. Gue mau ol nie, nggak mau berbincang-bincang lagi!”, perintah Landa.
”Oke gue juga mau ol! Bye kakak!”, seru Natan sambil meninggalkan kamar Landa.
”Dasar, Natan! Doain aja yah, Tan!”, gumam Landa dalam hati.
* * *
Jam masih menunjukkan pukul 05.31 WIB. Tapi Natan sudah nangkring di depan laptopnya. Seperti biasa, dia sedang bercengkrama dengan Airi di facebook. Tampaknya Airi mampu menghilangkan kebiasaan Natan bangun kesiangan setiap hari minggu.
Airi : ”ketemuan, Jo? Gimana ya?”
Natan : ”Ayolah, Ai. Gue nggak bakal ngapa-ngapain loe kayak yang di tivi itu! Gimana?”
Airi : ”Hahahaha Oke deh. Dimana, Jo?”
Natan : ”Di cafee Cempaka jam 4 sore yah!”
Airi : ”Oke. Udah dulu ya, Jo. Gue mau mandi nih! Sampai jumpa ntar sore ya, Jo!”
Natan : “oke, Ai!”.
Itulah potongan chattingan antara Natan dan Airi. Seketika itu juga Natan langsung mengubrak-abrik lemarinya. Mencari baju terbaik untuk berjumpa dengan Airi nanti sore. Natan langsung menyuruh Pak Jan untuk memandikan mobilnya. Mami dan Papi sampai kebingungan.
“Ada apa sich, Tan? Tumben mobil minta di mandiin? Bukannya kemarin baru keluar bengkel, jadi baru saja dimandiin!”, ungkap Papi bingung.
“Ssssttttt urusan anak muda, Pi! Hahaha!” jawab Natan sekenanya lalu masuk lagi ke kamarnya.
* * *
Beker Natan masih menunjukkan jam 15.00 WIB, tapi Natan sudah siap berangkat. Mengantisipasi terjadinya macet di jalan. Sebelum berangkat Natan mengecek kembali penampilannya dan setelah di kira cukup, Natan pun berangkat.
    Di teras rumah, Natan bertemu dengan Maminya yang sedang merawat bunga hias kesayangannya. ”Mi, Natan pergi dulu ya?” ujar Natan sambil mencium kening Maminya.
“Kamu mau kemana, Tan? Papi ada rapat dadakan. Landa pergi. Nah kamu juga ikutan keluar rumah. Terus mami sama siapa donk?”, tanya Mami.
”Aduh mamiku sayang, Cuma hari ini aja Natan ninggalin Mami sendirian. Lain kali nggak kok. Oke, Mi! Bye, mami!” ujar Natan sambil melambaikan tangan ke Maminya.
* * *
Jam masih menunjukkan pukul 15.58 WIB, tapi Natan sudah standby di tempat. Sambil menunggu Airi datang, Natan memesan minuman. Natan memilih meja yang menghadap ke timur agar tidak kepanasan.
”si Airi kemana ya? Udah 15 menit nggak dateng-dateng!”, gerutu Natan.
Minuman yang di pesan Natan pun sudah sisa setengah tapi Airi tak kunjung menampakkan batang hidungnya. ”Airi mana sich? Niat nggak sich mau ketemu gue? Jam segini kok belum dateng. Pake acara lupa minta nopenya lagi! Gue cek fb dia aja kali ya!’’, gumam Natan.
Lalu Natan membuka akun facebook-nya. Dan tidak lama setelah itu, muncul sebuah pesan dari Airi di inbox Natan.
“Jo, loe dimana? Gue udah nyampe nih!”, tulis Airi. Lalu Natan membalas pesan Airi, “gue juga udah nyampe nih! Loe dimana? Gue samperin yah?”. “Gue di meja nomer 3”, balas Airi. “Oke gue kesana. Oya, loe pake baju apa, Ai?!”, tanya Natan lagi. “Pake baju biru kotak-kotak!”, jawab Airi lagi. “Oke. Gue otw kesana!”.
Lalu Natan menuju meja nomer 3. Natan menemukan seorang cewek sedang mengutak-atik hapenya dan cewek itu duduk di bangku nomer 3 serta memakai baju biru kotak-kotak. Mata Natan berbinar-binar. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya tiba-tiba dingin. Sebelum menemui Airi, Natan memperbaiki bajunya dan manarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.
”Hai, Ai........ Loh? Kok loe?!” tanya Natan terkaget-kaget.
”Loh? Loe ngapain kesini?!” tanya cewek itu.
”Gue gue gue mau ketemu sama Airi!”, jawab Natan.
“Jangan bilang kalo loe Jonatan Wiratama!” sergah cewek itu.
”Dan jangan bilang kalo loe itu adalah Airial Azizan!” tanya Natan lagi.
”Jadi.....selama ini? Arrrrgggghhh!!!!!!!!!!!!!!” teriak mereka berbarengan.
* * *
”Natan ma Landa mana, Mi?” tanya Papi.
“Nggak tau tuh, Pi. Udah di panggil dari tadi nggak turun-turun!”, jawab Mami.
“Hm... dasar anak nakal! Pasti mereka lagi internetan!”, tebak Papi.
”Mungkin mereka udah makan, Pi. Tadi mereka baru keluar kok!”, jelas Mami.
”Owh yaudah kita makan berdua aja yah, Mi.”. ujar Papi.
Seselesai makan malam, Mami dan Papi sedang bersantai di depan rumah. Lalu ada tukang antar pizza mengantar pizza ke rumah. Karena pizza adalah makanan favorit Natan dan Landa, maka Mami memanggil mereka.
”Natan! Landa! Ada pizza nie! Kalo mau ke teras yah!”, seru Mami.
Tak lama kemudian, Papi dan Mami jadi bingung karena Natan dan Landa tidak ada yang turun untuk makan pizza. Akhirnya Mami membagi pizza itu menjadi dua dan mengantarkannya ke kamar Natan dan Landa. Setelah mengantar pizza, Mami kembali lagi ke teras menemui Papi.
”Gimana, Mi? Kenapa mereka nggak turun?”, tanya Papi,
”Nggak tau juga, Pi. Nggak ada yang jawab. Lagi tengkar kali! Besok juga baikan lagi!”, jelas Mami.
* * *
Keesokan harinya saat sarapan, keadaan sunyi senyap. Tidak ada yang berbicara. Papi dan Mami lagi-lagi dibuat bingung. ”Lan, bentar lagi pinjem mobil kamu ya?” tanya Papi.
”Loh? Terus Landa naik apa ke kampus, Pi?” tanya Landa balik.
”Kan ada Natan! Bareng Natan aja!”, jawab Mami. Seketika itu juga Natan dan Landa tersedak. Mereka batuk-batuk, Mami tampak sibuk memberi minum.
”Aku nggak mau!”, teriak Natan dan Landa berbarengan.
”Kenapa?” tanya Papi dan Mami berbarengan.
”Pokoknya nggak mau!”, jawab Natan dan Landa berbarengan.
”Protes DI TOLAK!”, ujar Papi dan Mami berbarengan dan tegas.
Karena keputusan Papi dan Mami sudah bulat serta nggak bisa di ganggu gugat, maka Landa terpaksa nebeng pada mobil Natan.
Di perjalanan mereka diam. Karena hari itu adalah hari senin, maka mereka pun harus terjebak dalam kemacetan.
”Kayaknya hari ini kita nggak kuliah lagi deh, Lan!”, ujar Natan tiba-tiba.
Tapi Landa hanya berdeham dan tidak mengatakan apa-apa. Karena terus-terusan di  acuhkan oleh Landa, akhirnya Natan berbicara. ”Lan, loe kenapa sich? Kita kan sama-sama nggak tau!”, ujar Natan.
”Udah udah nggak usah di omongin! Putar balik aja ke rumah! Gue udah telat banget nie!”, ujar Landa cetus.
Tanpa babibu lagi, Natan langsung memutar balik pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Mami nggak terlalu kaget karena kadang kalo sudah terkena macet, mereka sering pulang lagi karena sudah tidak mungkin lagi masuk kelas tepat waktu.
Setelah ganti baju, Natan melihat Landa sedang duduk-duduk di pinggir kolam. Sendiri. Sepertinya sedang melamun. Lalu Natan memutuskan untuk menghampiri kakaknya itu.
”Ai, masih ngambek ya sama, Jo?”, goda Natan.
Seketika Landa menoleh ke arah Natan. ”Apaan sich loe, Tan! Nggak lucu tauk!”, jawab Landa sinis.
”Jo kan nggak tau kalo Airi itu Landa. Landa juga pasti nggak tau kalo Jo itu Natan! Ya kan? Baikan yuk!”, goda Natan lagi.
”Jo!!!!!!!!! Eh Natan!!!!!!! Udah deh!!!!!!”,seru Landa sambil memercikkan air ke wajah Natan.
”Hoye!!!!! Ai eh salah Landa udah maafin Jo eh salah Natan!!!!!”, ujar Natan sambil lari menghindari Landa, takut di ciprati air lagi.
”Dasar sableng!”, seru Landa.
“Jo sayang Airi!!!!!! Hahahahaha”, seru Natan sambil berlari.
Setelah itu Landa dan Natan kembali akrab kembali. Kembali ke keadaan semula. Natan dan Landa menganggap kesalahpahaman antara Landa dan Natan tentang Airi dan Jo adalah barang tertawaan. Ternyata Airial Azizan adalah Wulandari Haryanto atau Landa dan Jonatan Wiratama adalah Jonatan Haryanto atau Natan. Terkadang kalo Landa sedang ngambek pada Natan, Natan menggoda Landa dengan kejadian Jo-Airi. Dan mereka pun akrab kembali seperti semula.
*  * *
Di kampus Natan bertemu dengan Wira. Wira pun bertanya tentang kelanjutan hubungan antara Natan dan Airi. Natan pun menjawab, ”Kakak gue emank baik, Bro. Gue aja ampe kesemsem!”. setelah itu Natan pergi meninggalkan Wira yang tampak sangat kebingungan.

_END_
Read More..