MAKALAH
BIOGENIC AMINES
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar
Tehnologi Hasil Ternak
Dosen : Khotibul Umam Al Awwaly
Disusun oleh :
KELAS C
AHMAD IMRON
GHOZALI 135050100111134
MARIZA ZAKARIA 135050100111136
DEBY TRI
WULANDARI 135050100111138
IRA FRESTY R 135050100111139
HELMI ARDHIANSYAH 135050100111143
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PETERNAKAN
MALANG
2015
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Mata Kuliah Dasar Tehnologi Hasil
Ternak tentang Biogenic Amines.
Dalam makalah
ini kami
menjelaskan tentang pengertian biogenic amines, senyawa utama dalam
biogenic amines, dampak biogenic amines, dan penyakit yang disebabkan biogenic
amines yang tinggi terhadap makanan. Kami menyadari, dalam
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan, pengetahuan,
dan pengalaman yang kami
miliki.
Tak lupa kami ucapkan
terimakasih karena banyak pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber
informasi dan
memberikan masukan pemikiran. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Semoga Makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan mahasiswa/mahasiswi
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada khususnya.
Akhir
kata kami sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum
wr. wb.
Hormat kami,
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang………………………………………………………. 1
I.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... 1
I.3 Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………... 3
BAB III : PEMBAHASAN
III.1 Pengertian
Biogenic Amines…………………………………….. 4
III.2 Senyawa
Biogenic Amines……………………………………… 5
III.3 Dampak Biogenic Amines……………………………………… 9
III.4 Penyakit yang disebabkan
Biogenic Amines yang tinggi terhadap
Makanan……………………………………………………….. 10
BAB IV : PENUTUP
IV.1 Simpulan…………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 14
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Indonesia
mempunyai hasil peternakan dan perikanan yang mempunyai peran besar untuk
kelangsungan hidup masyarakatnya.
Pada
bidang perikanan, Indonesia mempunyai lautan yang luas untuk berkembangnya
ikan-ikan yang akan menjadi sumber protein hewani yang berlimpah. Pada bidang peternakan, Indonesia memiliki potensi
sumber daya yang cukup menjanjikan, seperti sapi, kambing, domba, dan unggas.
Bahan pangan yang berasal dari peternakan dan
perikanan yang merupakan pangan yang mudah rusak. Bahan pangan tersebut akan
cepat mengalami pembusukan lebih cepat daripada bahan pangan yang lain.
Pembusukan bahan
pangan dapat terjadi akibat enzimatis, kimia dan kegiatan mikroba. Seperempat
bahan pangan didunia dan 30% produk perikanan rusak akibat pembusukan oleh
mikroba.
Mikroba yang
berada pada permukaan tubuh bahan
pangan
akan masuk ke dalam tubuh dan melakukan pembusukan, disamping pembusukan oleh
enzim dan proses kimiawi. Selama pembusukan berlangsung, terjadi pemecahan berbagai komponen dan membentuk
komponen baru. Komponen baru ini menyebabkan perubahan pada bau, warna dan
tekstur. Komponen yang dipecah terutama protein dan lipid.
Pemecahan komponen tersebut dapat disebut biogenic
amines. Biogenic amines pada bahan pangan dapat menyebabkan pembusukan dan
ketengikan pada bahan pakan.
III.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Biogenic Amines?
2. Apa saja komponen senyawa pada Biogenic Amines?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan Biogenic Amines?
4. Apa saja penyakit yang dapat disebabkan oleh Biogenic
Amines yang tinggi terhadap makanan?
III.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari Biogenic Amines.
2.
Untuk
mengetahui komponen senyawa pada Biogenic Amines.
3.
Untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan Biogenic Amines.
4.
Untuk
mengetahui penyakit yang dapat disebabkan oleh Biogenic Amines yang tinggi
terhadap makanan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Biogenic amines (Amina
biogenic) adalah komponen biologis aktif yang dihasilkan oleh proses
dekarboksilasi asam amino bebas yang terdapat pada beberapa bahan pangan
seperti ikan, produk olahan ikan, daging, anggur, keju dan lain-lain. Menurut
Setiadin (2005), senyawa ini dijumpai dengan level yang rendah pada binatang,
tumbuhan dan mikroorganisme. Pada konsentrasi yang tinggi mereka bersifat racun.
Menurut
Dionex (2007), biogenic
amines
dalam makanan rata-rata tidak berbahaya, tapi konsumsi dengan konsentrasi
tinggi dapat mengakibatkan hipotensi (histamin, putresin, kadaverina),
hipertensi (tyramine), migrain (tyramine, Phenylethylamine), mual, ruam,
pusing, peningkatan cardiac output, dan peningkatan respirasi. Biogenic Amines
dihasilkan dalam proses mikroba, sayuran, dan metabolisme hewan. Struktur
kimia biogenic amines
dapat berupa: alifatik (putresin, kadaverina, spermine, spermidine), aromatik
(tyramine, phenylethylamine), heterocyclic (histamin, tryptamine). Biogenic amines merupakan sumber
nitrogen dan prekursor untuk sintesis hormon, alkaloides, asam nukleat, dan
protein. Mereka juga dapat mempengaruhi proses dalam organisme seperti pengaturan
suhu tubuh, asupan gizi, kenaikan atau penurunan tekanan darah (Karovičová dan
Kohajdová 2003). Serta beberapa dari mereka memainkan peran utama dalam banyak
fungsi fisiologis manusia dan hewan, seperti volume lambung, pH lambung
dan aktivitas otak (Munoz 2008).
BAB
III
PEMBAHASAN
III.1
Pengertian Biogenic amines
Amina
merupakan senyawa organik dan gugus
fungsional yang isinya terdiri dari senyawa
nitrogen
atom dengan pasangan sendiri. Amino
merupakan derivatif amoniak.
Biasanya dipanggil amida
dan memiliki berbagai kimia yang berbeda. Yang termasuk amino ialah asam amino,
amino biogenik, trimetilamina, dan anilina. Biogenik berarti dihasilkan oleh
organisme hidup :
mikroba ini mengubah asam amino bebas
menjadi kelompok amin yg bersifat racun dan dinamakan – amino.
Jadi
biogenic amines adalah hasil sampingan dari degradasi asam
amino yang banyak dijumpai pada bahan-bahan pakan asal hewan. Komponen
umum yang ada diantaranya cadaverine, typtamine, histamine, putrescine,
agmatine, tyramine dan phenilalanine. Streptococcus, Salmonella,
Shigella, lactobacillus, Escherichia dan Clostridium adalah beberapa bakteri
yang mengubah bentuk asam amino, histidin menjadi histamin.
Biogenic
amines (Amina biogenic) adalah komponen biologis aktif yang
dihasilkan oleh proses dekarboksilasi asam amino bebas yang terdapat pada
beberapa bahan pangan seperti ikan, produk olahan ikan, daging, anggur, keju
dan lain-lain.
Amina biogenic (biogenic amine) adalah neutrotransmitter yang
disintesis dari asam amino. Satu kelompok, yang dikenal sebagai katekolamina,
dihasilkan dari asam amino tirosin.
Biogenic Amines
III.2
Senyawa Biogenic Amines
Komponen umum yang ada diantaranya cadaverine,
typtamine, histamine, putrescine, agmatine, tyramine dan phenilalanine.
a. Cadaverine
Kadaverin
juga
disebut pentamethylendiamin atau pentana-1 ,5-diamina
adalah diamina alifatik. Muncul, seperti putresin, dekarboksilasi asam amino lisin dan Ornithine, serta daging busuk. Efek toksik serupa dengan efek dari ammonia.
Hal
ini disebut sebagai racun mayat.
Kadaverin dapat menyebabkan bau
tengik dan bau tidak sedap pada bahan pakan asal hewan, yaitu ikan.
kadaverin (NH2(CH2)5NH2)
b. Typtamine
Typtamine Ini dapat
menyebabkan reaksi alergi seperti penyempitan otot-otot usus, peningkatan
denyut jantung, sakit kepala, asma, bronkus, penyempitan pembuluh darah,
peningkatan hipertensi, dll.
c. Histamine
Histamin
adalah racun yang terdapat pada seafood yang dapat terjadinya keracunan
Histamin Fish Poisoning (HFP). Walaupun tidak secara menyeluruh tetapi
histamine ini ditemukan pada keluarga Scombridae dan Scombresocidae yang
meliputi tuna dan mackerel. Hal ini dikarenakan kedua jenis ikan ini memiliki
tingkat asam amino histidin yang tinggi pada dagingnya yang secara alami
mengalami perubahan dari histidin menjadi histamine akibat adanya aktivitas
bakteri.
Histamin
di dalam daging diproduksi oleh enzim yang menyebabkan dan meningkatkan
pemecahan histidin melalui proses dekarboksilaksi (pemotongan gugus karbon). Pembentukan histamine pada setiap
spesies berbeda tergantung pada kandungan histidinnya, tipe dan banyaknya
bakteri yang mengkontaminasi, serta suhu pasca panen yang menunjang pertumbuhan
dan reaksi mikroba.
Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam
tanggapan imun lokal, selain itu senyawa ini juga berperan dalam pengaturan
fungsi fisiologis di lambung dan sebagai neurotransmitter.
Sebagai tanggapan tubuh terhadap patogen,
maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast, dengan adanya
histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel
darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam
memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor
histamin di sel. Ada 4 jenis reseptor histamin yang telah diidentifikasi,
yakni:
a. Reseptor
Histamin H1
Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf
pusat. Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan
vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah
reseptor histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi.
b. Reseptor
Histamin H2
Ditemukan
di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.
c. Reseptor
Histamin H3
Bila aktif, maka akan menyebabkan penurunan penglepasan neurotransmitter,
seperti histamin, asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin.
d. Reseptor
Histamin H4
Paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan
di kelenjar timus, usus halus, limfa, dan usus besar. Perannya sampai saat ini
belum banyak diketahui.
Beberapa fungsi pengaturan di dalam tubuh juga telah ditemukan berkaitan
erat dengan kehadiran histamin. Histamin dilepaskan sebagai neurotransmitter.
Aksi penghambatan reseptor histamin H1 (antihistamin H1) menyebabkan
mengantuk. Selain itu ditemukan pula bahwa histamin juga dilepaskan oleh
sel-sel mast di organ genital pada saat terjadi organisme.
Histamine
d. Putrescine
Putresin adalah Adalah precursor untuk spermidin
dan spermin atau juga disebut penentu atau merupakan dua senyawa diamin
yang digunakan sebagai indicator kebusukan.
Putresin adalah senyawa kimia
organic NH2 (NH2 1,4 diaminobutane atau butane diamin).
Keduanya diproduksi oleh rincian asam amino dalam hidup dan organisme mati dan
keduanya beracun dalam dosis besar. Dua senyawa umumnya bertanggung jawab atas
bau tidak enak (membusuk) daging, tetapi juga berkontribusi dalam proses
bakteri vaginosis.
putresin (NH2(CH2)4NH2)
e. Tyramine
Tyramine
adalah zat yang diproduksi oleh protein ketika makanan mulai dibiarkan lama.
Semakin lama umur makanan, maka semakin banyak juga tyramine yang diproduksi.
Beberapa makanan yang mengandung tyramine adalah keju, baik mozarella maupun
cheddar. Selain dalam keju, beberapa daging olahan juga mengandung tyramine,
seperti hot dog, bacon, ham, dan lainnya. Beberapa buah dan produk kedelai juga
memiliki tyramine, seperti tahu, buah kering, acar, pisang, dan alpukat. Pada
buah-buahan, kadar tyramine semakin tinggi ketika buah terlambat dipanen.
Tyramine (C8H11NO)
f.
Phenilalanine
Phenilalanine adalah suatu asam amino
penting dan banyak terdapat pada makanan, yang bersama-sama dengan asam amino tirosina
dan triptofan
merupakan kelompok asam amino aromatik yang
memiliki cincin benzena.
Fenilalanina bersama-sama dengan taurin dan triptofan merupakan senyawa
yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai
pesan pada sistem saraf otak.
Dalam keadaan normal, tubuh akan mengubah
fenilalanina menjadi tirosina, sebuah asam amino
yang dibutuhkan dalam proses sintesis protein,
zat kimiawi otak
termasuk L-DOPA, adrenalin,
noradrenalin dan hormon
tiroid.
Karena hormon noradrenalin memberikan efek psikologis,
beberapa bentuk fenilalanina telah tersedia guna mengatasi kemungkinan depresi.
Gejala kekurangan asam amino ini antara lain, sering terlihat bingung, kurang
bergairah, depresi, kurang waspada, kesulitan mengingat dan kurangnya nafsu
makan.
Phenilalanine
(C9H11NO2)
III.3 Dampak Biogenic Amines
a.
Pembusukan
Amina biogenik adalah komponen biologi aktif yang
secara normal diproduksi melalui proses dekarboksilasi dari asam amino dan ada dalam berbagai makanan seperti ikan, produk
dari ikan, daging merah, keju, dan makanan
fermentasi. Keberadaan amina biogenik dalam makanan merupakan indikator makanan sudah busuk.
Enzim pemecah karboksil dapat berasal dari daging
tubuh ikan sendiri. Sebagian besar enzim
pemecah tersebut dapat dihasilkan oleh mikroba yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan serta mikroba lain yang
mengkontaminasi ikan dari luar. Amina
biogenik diproduksi pada jaringan ikan oleh bakteri dari family Enterobacteriaceae, seperti Morganella, Klebsiella, dan Hafnia yang
menghasilkan enzim histidin Decarboxylase. Apabila telah diproduksi enzim Decarboxylase, maka akan terus
menerus dihasilkan histamin meskipun pertumbuhan
bakteri telah dihambat dengan suhu dingin hingga 4°C. Produksi histamin akan semakin meningkat meskipun telah
disimpan pada ruangan pendingin.
Jenis bakteri penghasil histamin yang terdapat pada
ikan laut dan spesifikasinya. Hampir semua bakteri tersebut dari golongan gram negatif dan
bersifat anaerobik fakultatif sehingga mampu
tumbuh pada kondisi aerobik maupun anaerobik.
Proses
dekarboksilasi histidin menjadi histamine
b. Kontaminasi Mikroba
Komposisi mikroflora pada ikan yang baru ditangkap
bergantung pada komposisi mikroba yang terdapat dalam air dimana
ikan tersebut hidup. Mikroflora ikan meliputi spesies bakteri,
seperti Pseudomonas, Alcaligenes, Vibrio, Serratia dan Micrococcus. Pertumbuhan dan metabolisme bakteri merupakan penyebab utama dari
kebusukan ikan, dimana hasil metabolitnya
adalah amina, amina biogenik seperti putrescine, histamine dan cadaverine, serta asam organik, sulfida, alkohol, aldehida dan keton dengan flavor yang tidak enak dan tidak
diinginkan.
III.4 Penyakit yang disebabkan Biogenic Amines yang
tinggi terhadap Makanan
Biogenic amines dalam makanan
rata-rata tidak berbahaya, tapi konsumsi dengan konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan hipotensi (histamin, putresin, kadaverina), hipertensi
(tyramine), migrain (tyramine, Phenylethylamine), mual, ruam, pusing,
peningkatan cardiac output, dan peningkatan respirasi.
a.
Hipotensi
b.
Hipertensi
Pada pasien dengan
tekanan darah tinggi, fenilalanin berpotensi memperburuk kondisi (meningkatkan
tekanan darah). Dengan demikian, pasien hipertensi harus menghindari minum
suplemen asam amino.
c.
Migrain
Beberapa makanan yang
menyebabkan migrain biasanya mengandung senyawa kimia yang disebut tiramin.
Konsentrasi tinggi tiramin dalam darah pasien migrain bisa menyebabkan
vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) pembuluh darah di otak. Selain itu,
orang dengan migrain tampaknya juga kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk
memecah tiramin.
d.
Mual
dan Pusing
Konsumsi dosis tinggi
atau penggunaan berkepanjangan DLPA dikaitkan dengan keluhan sakit kepala, rasa
mual, dan mulas. Semakin tinggi dosis semakin parah efek samping bahkan bisa
mengakibatkan kematian sel.
e.
Peningkatan Cardiac Output
Histamin merupakan
salah satu biogenic amines yang seringkali dihubungkan dengan performance ayam
yang buruk. Histamin merangsang sel reseptor yang berada di kelenjar
proventriculus, meningkatkan sekresi asam hydrochlloric (HCI) dan
menyebabkan erosi tembolok. Korelasi antara keberadaan biogenci
amines dengan pembesaran proventrikulus dan hipertropi kelenjar papilaria.
f.
Peningkatan Respirasi
g.
Gangguan
Metabolik
Efek samping
fenilalanin umum ditemukan pada orang yang memiliki sejarah medis fenilketonuria,
sebuah gangguan metabolik yang ditandai oleh kurangnya enzim untuk memproses
fenilalanin.
BAB IV
PENUTUP
IV. Simpulan
- Biogenic amines adalah hasil sampingan dari degradasi asam amino yang banyak dijumpai pada bahan-bahan pakan asal hewan.
- Komponen umum biogenic amines yang ada diantaranya cadaverine, typtamine, histamine, putrescine, agmatine, tyramine dan phenilalanine.
3. Kadaverin dapat menyebabkan bau
tengik dan bau tidak sedap pada bahan pakan asal hewan, yaitu ikan.
4. Histamin
adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam tanggapan imun lokal, selain itu
senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan
sebagai neurotransmitter.
5. Ada
4 jenis reseptor histamin yang telah diidentifikasi, yakni: Reseptor histamine H1, Reseptor histamine H2,
Reseptor histamine H3, dan Reseptor histamine H4.
6. Reseptor
histamine H1 ini
ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat.
7. Reseptor histamine H2 ditemukan
di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.
8. Bila
aktif, reseptor histamine H3
akan menyebabkan penurunan penglepasan neurotransmitter, seperti histamin,
asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin.
- Reseptor histamine H4 paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan di kelenjar timus, usus halus, limfa, dan usus besar.
10. Putresin adalah Adalah precursor untuk spermidin
dan spermin atau juga disebut penentu atau merupakan dua senyawa diamin
yang digunakan sebagai indicator kebusukan.
- Tyramine adalah zat yang diproduksi oleh protein ketika makanan mulai dibiarkan lama. Semakin lama umur makanan, maka semakin banyak juga tyramine yang diproduksi.
- Phenilalanine adalah suatu asam amino penting dan banyak terdapat pada makanan, yang bersama-sama dengan asam amino tirosina dan triptofan merupakan kelompok asam amino aromatik yang memiliki cincin benzena.
- Dampak biogenic amines adalah pembusukan dan kontaminasi mikroba.
- Keberadaan amina biogenik dalam makanan merupakan indikator makanan sudah busuk.
- Pertumbuhan dan metabolisme bakteri merupakan penyebab utama dari kebusukan ikan, dimana hasil metabolitnya adalah amina, amina biogenik seperti putrescine, histamine dan cadaverine, serta asam organik, sulfida, alkohol, aldehida dan keton dengan flavor yang tidak enak dan tidak diinginkan.
- Biogenic amines dalam makanan rata-rata tidak berbahaya, tapi konsumsi dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan hipotensi (histamin, putresin, kadaverina), hipertensi (tyramine), migrain (tyramine, Phenylethylamine), mual, ruam, pusing, peningkatan cardiac output, dan peningkatan respirasi.
DAFTAR ISI
Adam
MR and Moss OM. 2008. Food Microbiology.
Third Edition. p: 139-145. The Royal Society of Chemistry, United Kingdom.
Departemen Kelautan dan Perikanan
RI. 2008. Bantuan Teknis Untuk Industri
Ikan dan Udang Skala Kecil dan Menengah di Indonesia. JICA Project.
Dionex.
2007. Determination of Biogenic Amines in Fruit, Vegetables, and Chocolate
Using Ion Chromatography with Suppressed Conductivity and Integrated Pulsed
Amperometric Detections. Artikel
Irianto
HE dan Soesilo I. 2007. Dukungan
Teknologi Penyediaan Produk Perikanan [Makalah]. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
Joker. 2009.
Dekarboksilasi Oksidatif. Artikel.
Mičová J,
Kohajdová Z. 2003. Biogenic Amines in Food. Review Article.
R. 2008. Bacterial
Biogenic Amine Production. SciTopics
: Research Summaries by Experts.
Nurqonaah.
2009. Glikolisis dan
Dekarboksilasi Oksidatif. Multiply Article
Setiadin J.
2005. Malabsobtion, Apa saja penyebabnya?. BULETIN CP. Servive Edisi Desember
2005 Nomor 71/Tahun VI: 1-3