Translate your Languages

Sabtu, 30 Juni 2012

About Jonathan Christie News ^^

Meski masih duduk di kelas 6 SD Negeri 07 Tanjung Duren Utara, Jakarta, namun berkat prestasinya di bulutangkis Jonathan Christie berhasil mendapatkan penghargaan Satya Lencana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada awal tahun 2009.
Jonathan mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan meraih dua emas dan satu perak pada cabang bulutangkis olimpiade pelajar sekolah dasar se-Asia Tenggara di Jakarta pada tahun 2008.

Atas keberhasilan tersebut anak kelahiran 15 September 1997 tersebut mendapatkan penyematan penghargaan Satya Lencana sebagai anak bangsa yang berhasil menorehkan berprestasi pada bidang olahraga.

Pada event itu Jonathan berhasil mempersembahkan dua emas bagi Indonesia pada nomor tunggal putra dengan mengalahkan rekan senegaranya, Rohmat dengan skor 21-19 dan 21-17 serta ganda campuran berpasangan dengan Lya Ersalita, membungkam pasangan asal Malaysia 21-14 dan 21-18.

Namun pada final ganda putra, Jonathan yang berpasangan dengan musuhnya di tunggal putra, yakni Rohmat harus puas mendapatkan perak setelah takluk di tangan pasangan Malaysia dengan skor 19-21 dan 20-22.

“Tetapi saya tetap puas bisa meraih dua emas dan satu perak karena ajangnya pada tingkat internasional,” kata putra pasangan Andreas Adisiswa dan Marlanti tersebut, saat ditemui pada kejuaraan bulutangkis usia dini tingkat nasional “Tetra Pak Open Milk Cup” 2009 di GOR Asia Afrika, Senayan, Jakarta, Selasa.

Sebelum meraih prestasi pada ajang se-Asean tersebut, Jo juga sudah membuktikan diri sebagai calon atlet bulutangkis harapan Indonesia dengan meraih gelar pada sejumlah turnamen.

Selain mempersembahkan medali emas dan perak, Jo juga meraih lima gelar juara pada berbagai kejuaraan bulutangkis usia dini selama 2008, yakni juara I kejuaraan daerah (kejurda) DKI Jakarta, juara I kejuaraan usia dini BM-77, juara I kejuaraan Astec, juara I, juara I Olimpiade Olahraga dan Siswa Nasional (O2SN) dan juara I pada nomor tunggal putra anak pada kejuaraan “Tetra Pak Open Milk Cup” 2008.

Atlet belia yang mengidolakan pemain bulutangkis Taufik Hidayat dan Lin Dan asal China itu, sejak duduk di bangku kelas 3 SD sudah menjadi kampium pada kejuaraan cabang (kejurcab) Jakarta Timur.

Jo mengisahkan saat duduk di kelas 1 SD Santa Antonius Jakarta Timur, sekolah tempat belajarnya hanya menyediakan pelajaran ekstrakurikuler olahraga basket, sepakbola, taekwondo dan bulutangkis, tetapi bapaknya menginginkan Jo berlatih bulutangkis dengan alasan latihannya di dalam ruangan.

“Papa maunya saya ikut bulutangkis saja karena takut kulit anaknya hitam kalau ikut cabang olahraga basket, sepakbola atau taekwondo,” kata Jo dengan polosnya.

Sejak itulah, sang bapak, Andreas mendukung Jo untuk menekuni olahraga tepak bulu tersebut dan berlatih di klub Taurus, hingga meraih juara pada sejumlah turnamen.

Andreas melihat Jo memiliki potensi besar menjadi atlet masa depan sehingga memberikan program latihan rutin yang didukung dengan pola makanan yang bergizi untuk menunjang pertumbuhan postur tubuhnya. Alhasil, meski masih duduk di kelas 6 SD, namun Jo sudah memiliki tinggi badan hingga 166 sentimeter dan berat mencapai 60 kilogram.

“Jo menjalani latihan pagi dan sore, sedangkan menu makannya menghabiskan daging sapi hingga 8 ons per harinya,” kata Andreas seraya menambahkan saat ini Jo bernaung di klub bulutangkis Tangkas Alfamart Jakarta.

Selain mendapatkan Satya Lencana dari Presiden SBY, Jo juga mendapat tanggungan biaya hidup dari klub Tangkas Alfamart termasuk dana untuk mengikuti pertandingan bulutangkis baik turnamen yang sudah diagenda secara rutin Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) maupun sponsor atau swasta.

Bahkan bocah yang memiliki hobi renang dan mendengarkan musik tersebut, pernah bermain film layar lebar berjudul “King” yang menceritakan tentang mantan atlet bulutangkis Indonesia, “Si Raja Smes” Liem Swie King karya produser Ary Sihasale.

Namun demikian, Andreas maupun pelatih bulutangkisnya, Hendra Saputra sepakat agar Jo tidak lagi menerima tawaran main film karena mengganggu pola latihan dan lebih konsentrasi untuk menjadi atlet masa depan.

Rekor Rudi Hartono

Perjalanan Jo untuk meraih prestasi pada cabang bulutangkis masih panjang mengingat usianya yang masih belia sehingga bisa berkembang untuk menggenggam asa dan cita-citanya mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga.

Namun demikian, dari sekian cita-citanya yang sangat didambakan Jo, yakni ingin memecahkan rekor maestro bulutangkis Indonesia, Rudi Hartono sebagai atlet termuda yang menjuarai turnamen “All England” di bawah usia 17 tahun.

“Saya yakin bisa memecahkan rekor Om Rudi asalkan berlatih dengan keras,” kata Jo yang memiliki moto “latihan, latihan dan latihan” tersebut.

Agar meraih harapannya tersebut, Jo berlatih keras mulai pukul 05.30 WIB hingga 06.30 WIB dan dilanjutkan latihan rutin di klub Tangkas Alfamart Jakarta sejak pukul 17.00 WIB ditambah pengaturan pola makanan yang bergizi.

Disinggung alasan memilih berlatih di Tangkas Alfamart, Andreas mengungkapkan klub tersebut paling banyak mencetak atlet bulutangkis yang berprestasi di tingkat dunia, antara lain Joko Suprianto, Hendrawan, Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Nova Widianto, Lilyana Natsir dan Hermawan Susanto.

Pada tahun 2009, Jo yang masih masuk kategori tunggal putra pemula wajib mengikuti delapan kejuaraan sirkuit nasional yang diselenggarakan oleh PBSI, antara lain Indonesia Terbuka, Bandung, Cilegon serta Tegal.

Andreas mengungkapkan Jo termasuk atlet bulutangkis usia dini yang menonjol dibanding atlet lainnya yang termasuk kategori tunggal putra pemula karena usianya termuda yakni 11 tahun 9 bulan, sedangkan rekan seangkatannya sudah memasuki usia 14 tahun.

Dalam waktu dekat, Andreas menargetkan putranya tersebut segera masuk kategori remaja pada sirkuit nasional yang diagendakan secara rutin oleh PBSI.

“Setelah masuk kategori remaja, Jo tinggal dipoles secara teknik untuk masuk taruna dan pratama serta ikut seleksi nasional jadi atlet pelatnas PBSI,” ujar Andreas

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sifat Aslinya Beda Jauh dengan Arya

Jonathan Christie, pemeran Arya di film King, ternyata seorang pebulu tangkis muda potensial. Kemampuan bermainnya cukup menawan.
_________


AROGAN, sombong, dan egois. Begitulah watak Arya, sosok bocah dari keluarga mapan di film King yang diperankan Jonathan Christie. Jonathan pun mampu memainkan peran itu dengan apik sehingga mengundang kegeraman penonton.

Dalam film besutan Ari Sihasale itu, Arya juga digambarkan sebagai bocah yang tidak disiplin. Arya sering terlambat berlatih. Karena sikapnya itu, Arya gagal masuk seleksi PB Djarum Kudus. Kendati dalam permainan, dia mampu tampil lebih bagus daripada Guntur, tokoh utama film King.

Dua kali Arya mampu mengalahkan Guntur. Tapi, nasib Arya berbanding terbalik dengan Guntur saat pengumuman seleksi. Arya tidak diterima, sebaliknya Guntur berhasil masuk PB Djarum.

“Banyak orang yang memandang saya sama dengan Arya di film. Padahal, aslinya saya tidak begitu lho,” kata Jonathan ketika berbincang dengan Jawa Pos di GOR Asia Afrika, Jakarta, akhir pekan lalu.

Sepintas dari apa yang dirasakan Jawa Pos, di GOR Asia Afrika saat itu, Jonathan memang bukan bocah yang tipikalnya seperti Arya. Bocah berusia 12 tahun tersebut adalah anak yang ramah. Jonathan tidak pelit tersenyum. Bahkan, putra pasangan Andreas Adi Siswa dan Marlanti Djaja itu dengan telaten memenuhi permintaan bocah-bocah yang meminta tanda tangannya.

Jonathan juga tidak segan berlari mengikuti langkah beberapa bocah yang mengajaknya berfoto bersama di tempat agak jauh dari tempatnya berdiri. “Papa sama mama selalu menekankan agar saya tidak sombong. Selain itu, saya diminta untuk disiplin kalau mau berprestasi di bulu tangkis,” ujarnya.

Jonathan selalu mengikuti nasihat orang tuanya. Dia juga berusaha untuk selalu baik kepada siapa pun. Jonathan selalu disiplin dalam menjalankan rutinitasnya. Terutama dalam berlatih bulu tangkis.

Latihan bulu tangkis? Ya, Jonathan memang menekuni bulu tangkis. Sehari-hari waktunya dihabiskan untuk bulu tangkis. Dua kali dalam sehari dia berlatih di klub Tangkas Jakarta. Latihan pagi mulai pukul 07.30-11.00 dan latihan sore pada pukul 15.00-17.00.

“Saya selalu berusaha tepat waktu untuk berlatih. Sebab, saya ingin serius di sini. Saya bercita-cita pada umur 16 nanti sudah bisa masuk pelatnas,” ucapnya mantap.

Kedisiplinan Jonathan tak hanya untuk urusan latihan di klub. Demi menjadi pebulu tangkis hebat, dia juga tidak pernah lupa untuk berlatih sendiri di rumah setiap pagi, tepatnya mulai pukul 05.30-06.30.

“Latihan di rumah itu untuk fisik. Saya selalu melakukannya setiap pagi,” ungkapnya.

Kedisiplinan Jonathan sedikit banyak telah membuahkan hasil. Dari sisi teknis, kemampuan bermainnya menawan, seperti yang diperlihatkan di film King.

Prestasinya pun cukup cemerlang. Di usianya yang belum genap 13 tahun, beragam gelar juara telah disabetnya. Baik itu di tingkat daerah, nasional, maupun internasional.

Akhir pekan lalu, Jonathan berhasil menjadi yang terbaik di Milo School Competition (MSC) 2010 wilayah Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, dua gelar sekaligus direngkuhnya, yakni di tunggal pria dan ganda pria.

“Gelar ini merupakan penambah motivasi. Papa dan mama selalu mengingatkan bahwa saya harus terus belajar dan berlatih. Sebab, targetnya bukan di sini, tapi di masa nanti, yakni juara di tingkat dunia,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar